McKinsey: Penerapan AI Semakin Murah, Industri Tak Perlu Khawatir Biaya

Mela Syaharani
14 Oktober 2025, 18:36
McKinsey
Katadata/Fauza Syahputra
Partner and Co-Leader of McKinsey and Company’s Metals and Mining Practice in Asia, Sergey Alyabyev menyampaikan paparan pada Energy Insight Forum bertajuk \"Harnessing Artificial Intelligence to Unlock Mining’s Next Frontier\" di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Partner dan Co-Leader McKinsey & Company’s Metals and Mining Practice in Asia, Sergey Alyabyev, mengungkapkan bahwa biaya penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini semakin terjangkau dari tahun ke tahun.

Menurutnya, tren ini sejalan dengan Stanford AI Index yang dirilis setiap tahun oleh Universitas Stanford. Pada 2022, pengembangan AI memerlukan biaya sekitar US$50 per juta token.

"Dalam dua tahun, biaya tersebut turun menjadi hanya US$0,10, dan ini berlaku untuk semua tingkat kecerdasan,” ujar Alyabyev dalam acara Energy Insights Forum: Harnessing Artificial Intelligence to Unlock Mining’s Next Frontier di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (14/10).

Alyabyev menilai, penurunan biaya ini akan terus berlanjut di tahun depan. Ia memperkirakan biaya penerapan AI sudah tidak menjadi hal yang dikhawatirkan oleh industri.

Penurunan harga AI juga terjadi seiring meningkatnya jumlah pengguna teknologi tersebut. Ia menyebut, pada 2020 para responden sudah mulai mengakui penggunaan AI. Jumlahnya kini meningkat pesat seiring semakin meluasnya pemanfaatan teknologi tersebut di generasi saat ini.

Kadin: Harga AI Kini 100 Kali Lebih Murah

Senada dengan McKinsey, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Aryo Djojohadikusumo, menyatakan bahwa biaya teknologi AI saat ini jauh lebih murah dibandingkan dua tahun lalu.

“AI ini sekarang sangat terjangkau. Bukan hanya untuk perusahaan besar seperti MIND ID, tapi juga bisa dijangkau oleh perusahaan menengah, kecil, bahkan perusahaan swasta anggota Kadin,” kata Aryo dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, turunnya biaya penggunaan AI dapat berperan besar dalam membantu pemerintah mengejar target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.

“Yang diharapkan tumbuh bukan hanya perusahaan besar, tapi juga perusahaan menengah agar bisa naik kelas. Dan yang bisa membantu mereka adalah teknologi, salah satunya AI,” ujarnya.

Aryo menjelaskan, besaran investasi yang dibutuhkan untuk mengadopsi teknologi AI tergantung pada kemampuan dan alokasi dana masing-masing perusahaan.

Ia menambahkan, sejumlah perusahaan di sektor pertambangan sudah lebih dulu memanfaatkan teknologi digital dan AI, seperti Kaltim Prima Coal dan Petrosea.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...