Harga Minyak Dunia Main Naik Imbas Kemajuan Negosiasi Tarif Dagang Cina dan AS

Mela Syaharani
27 Oktober 2025, 09:00
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang t
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memprediksi Indonesian Crude Price (ICP) masih akan mengalami kenaikan sepanjang tahun ini bahkan bisa mencapai 50 persen dari level 2021, dimana harga minyak dunia saat ini sudah mencapai sekitar 120 dolar Amerika per barel yang disebabkan konflik di Rusia dan Ukraina.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga minyak dunia naik seiring dengan kemajuan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang menguatkan outlook atau perkiraan permintaan energi dan mengangkat aset berisiko.

Harga minyak Brent naik di atas US$ 66 per barel, setelah melonjak hampir 8% pekan lalu. Sementara harga minyak West Texas Intermediate mendekati US$ 62 per barel.

Negosiator utama mengatakan mereka telah mencapai kesepakatan pada sejumlah poin, membuka jalan bagi Presiden Donald Trump dan mitranya Xi Jinping untuk menuntaskan kesepakatan. Para pemimpin negara tersebut akan bertemu pada Kamis nanti.

“Ancaman Trump untuk mengenakan tarif 100% pada barang-barang Cina secara efektif telah dihilangkan,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dikutip dari CNBC News, Senin (27/10).

AS dan Cina merupakan negara dengan dua ekonomi terbesar di dunia. Langkah-langkah untuk meredakan ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar global akan menjadi hal positif bagi pertumbuhan ekonomi global.

Selain meredanya ketegangan AS-Cina, harga minyak pulih dari level terendah lima bulan pekan juga disebabkan oleh sanksi AS terhadap dua produsen minyak mentah terbesar Rusia yakni Rosneft dan Lukoil. Hal ini membantu meredakan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global yang semakin meningkat. 

Menurut salah satu pejabat, pemberian sanksi ini sebagai upaya AS agar perang Rusia-Ukraina berakhir. Hal ini juga dilakukan supaya membuat perdagangan Rusia menjadi lebih sulit, mahal, dan berisiko, tanpa memicu guncangan pasokan mendadak yang dapat mendongkrak harga global.

Hingga saat ini, pengolah minyak di India mengatakan mereka memperkirakan aliran pasokan akan turun mendekati nol, sementara pengolah di Cina menghentikan sebagian pembelian.

Di samping itu, penurunan impor kargo Rusia oleh pembeli utama India dan Cina berpotensi meningkatkan permintaan terhadap grade alternatif, memberikan dukungan bagi harga yang telah tertekan tahun ini akibat peningkatan produksi dari aliansi negara pengekspor minyak dan sekutunya atau OPEC+.

“Harapan akan kesepakatan perdagangan AS-Cina yang segera tercapai merupakan faktor positif bagi sentimen ekonomi dan permintaan minyak, hal ini menambah premi risiko Rusia pada pagi ini. Namun, saya memperkirakan latar belakang kelebihan pasokan akan membatasi kenaikan. Brent mungkin kembali ke zona nyaman sebelumnya di kisaran US$ 60-an per barel,” kata Pendiri firma analisis pasar Vanda Insights yang berbasis di Singapura, Vandana Hari.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...