Pemenang PLN SustainAction 2025 Ingin Bangun Daerah

Try Surya Anditya
Oleh Try Surya Anditya - Tim Publikasi Katadata
27 Oktober 2025, 16:11
Mahasiswa Kendari dan pemuda Kupang raih juara PLN SustainAction 2025 lewat inovasi olah limbah sekam padi dan jagung jadi produk ramah lingkungan yang bernilai ekonomi tinggi.
PLN SustainAction 2025
Mahasiswa Kendari dan pemuda Kupang raih juara PLN SustainAction 2025 lewat inovasi olah limbah sekam padi dan jagung jadi produk ramah lingkungan yang bernilai ekonomi tinggi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Meisya Ardita, mahasiswi Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, melihat iklan Kompetisi PLN SustainAction 2025 saat sedang iseng scroll media sosial. Seketika itu juga, dia langsung tertarik mengikuti lomba tersebut, mengingat dia dan rekan-rekannya di Fakultas Teknik Sipil memiliki kegelisahan terhadap isu limbah sekam padi di desa mereka mengabdi.

Dalam kompetisi PLN SustainAction 2025, Meisya dan rekannya di kampus selama satu bulan mempersiapkan proposal ide inovasi untuk mengubah limbah sekam padi sebagai pengganti semen dalam pembuatan batako.

Menurut Meisya, gagasan itu sebenarnya sudah lama terpendam. Dia dan timnya, sudah mengedukasi warga Desa Amoito Siama di Sulawesi Tenggara bahwa limbah sekam padi di sana bisa menjadi produk bernilai tambah saat dijual. Usulan ini pun disambut positif warga karena modal membuat satu buah batako hanya Rp1.500 dan bisa dijual dengan harga Rp3.000 per buah.Itu lebih menguntungkan dibanding menjual limbah sekam padi secara mentah, yang dibandrol Rp5.000 per karung.

“Itu artinya, kalau limbah sekam padi diolah menjadi pengganti semen untuk batako, ada kenaikan keuntungan bagi warga sebesar 25 persen,” ujar Meisya.

Sayang, eksekusi gagasan ini terkendala pendanaan senilai Rp120 juta. Karena itu, saat melihat iklan kompetisi PLN SustainAction 2025 di media sosial, Meisya tak mau membuang tempo dan langsung mempersiapkan pendaftaran. Ide inovasinya dinamai ‘Batako SAFABA Project Amoito Siama’. Ide ini mendapat juara II kategori ecopreneur dalam PLN SustainAction 2025.

“Kami dalam kompetisi ini menunjukkan yang terbaik. Nggak menyangka juga bisa masuk daftar finalis. Tujuan kami ingin memperkenalkan produk pemberdayaan kami karena para petani di Desa Amoito Siama ingin punya penghasilan lain selain dari bertani,” ujar Meisya.

Cerita mirip juga dituturkan Muhammad Rizaldi, finalis PLN SustainAction 2025 yang mewakili kelompok Bearning (Burning with Earning) dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Rizaldi dan rekan-rekannya sudah setahun menyimpan ide mengolah limbah pertanian, seperti limbah jagung, menjadi produk yang bernilai tambah.

Gagasan ini bahkan sempat mendapatkan dukungan pendanaan US$500 dari Amerika Serikat. Sayang, bantuan tersebut sebatas untuk riset data. Adapun untuk uji kelayakan dibutuhkan lagi tambahan modal Rp410 juta.

Lewat kompetisi PLN SustainAction 2025, Rizaldi berharap bisa mendapatkan pendanaan untuk mewujudkan gagasan inovatifnya tersebut. Dia menceritakan lahan di NTT umumnya kering, dan kondisi ini diperparah dengan penggunaan pupuk kimia. Jika limbah-limbah pertanian tidak dikelola dengan baik, maka bisa berdampak negatif pada lingkungan karena mengandung karbon aktif.

Rizaldi, yang seorang sarjana Ilmu Fisika dari Universitas Airlangga, mengusulkan ide membuat tabung dengan kapasitas 80 kilogram untuk membakar sampai 400 derajat celcius limbah-limbah pertanian. Untuk satu kali pembakaran, bisa memakan waktu 2-3 jam. Sisa pembakaran tersebut, bisa menjadi pupuk organik.

“Dampak ekonominya, penggunaan pupuk kimia turun dan hasil pertanian bisa naik. Kalau di Indonesia, teknologi seperti ini masih cukup baru,” kata Rizaldi. Atas ide inovatif itu, tim juri dalam kompetisi PLN SustainAction 2025 menetapkannya sebagai juara I untuk kategori Inovasi Solusi Perubahan Iklim.

Sehari sebelum pengumuman pemenang, 15 finalis kompetisi PLN SustainAction mengikuti sesi mentoring di Jakarta. Wakil Presiden bidang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PLN Prima Retno Ardhanie mengatakan, kegiatan mentoring ini melakukan sharing sesion serta mendiskusikan berbagai program inovasi.

“Banyak sekali program inovatif dari finalis yang berdampak terhadap perekonomian, sustainable knowledge dan ide inovatif yang memang untuk mitigasi perubahan iklim. Finalis dalam kompetisi ini diharapkan bisa memberikan yang terbaik untuk kebaikan masyarakat dan lingkungan,” kata Prima.

Dia pun ingin gagasan-gagasan inovatif dalam kompetisi ini bisa dimanfaatkan dan diterapkan di lokasi asal masing-masing finalis supaya ide ini tidak sebatas teori dan memberikan manfaat bagi masyarakat, lingkungan dan terutama saat ini terkait dengan isu perubahan iklim.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...