Shell Ancang-ancang Balik Garap HuIu Migas RI, Kaji Lima Wilayah Kerja

Mela Syaharani
12 November 2025, 09:38
shell, migas, skk migas
Arief Kamaludin|KATADATA
Logo Shell
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan Shell plc akan masuk hulu migas di Indonesia.

Djoko mengatakan, hal ini ditunjukkan dengan masuknya Shell untuk studi bersama (joint study) perusahaan migas asal Kuwait, Kufpec di beberapa wilayah kerja (WK) migas Indonesia.

“Shell sudah joint study dengan Kufpec 50:50. Sudah mengajukan proposal juga ke Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas),” kata Djoko saat ditemui di DPR, Jakarta, Selasa (11/11).

Djoko mengatakan, Shell akan joint study di 5 WK. Dia tidak menyebutkan WK mana saja yang akan dijadikan objek studi, tapi WK tersebut terdiri dari dua di lepas pantai (offshore) dan tiga wk di daratan (onshore). “Sedang dievaluasi Ditjen Migas,” ujarnya.

Sebelumnya komunikasi antara pemerintah dengan sejumlah perusahaan migas global yang sudah hengkang dari Indonesia kembali terjalin. Pemerintah mengatakan beberapa korporasi migas dunia, seperti Chevron, Shell, hingga TotalEnergies menunjukkan minat berinvestasi di Indonesia. 

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas, Nanang Abdul Manaf mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut mulai menyatakan minatnya sejak tahun ini.

“Mereka baru menyampaikan keinginan, dengan banyak bertanya kepada SKK Migas,” kata Nanang saat ditemui di sela-sela acara IPA Convex 2025, Banten, Kamis (23/5). 

Mantan Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) ini mengatakan, kedatangan mereka ingin memperoleh temuan atau potensi migas berukuran besar (giant discovery).

Nanang juga mengatakan, hal ini juga dilakukan untuk beradu portofolio antar perusahaan. Ini karena Shell, Chevron, dan TotalEnergies merupakan raksasa migas global dan punya banyak konsesi, mulai dari Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan, hingga Amerika Utara.

“Jadi kalau prospeknya kecil, mereka akan kalah dengan portolio yang ada di negara lain. Oleh sebab itu mereka saat ini sedang mencari potensi temuan besar,” ujarnya.

Nanang mengatakan, dengan faktor tersebut area di Indonesia yang memungkinkan bagi mereka menemukan blok besar di wilayah Indonesia Timur. Namun, dia mengakui wilayah ini memiliki risiko yang lebih besar karena keterbatasan data.

“Jadi peluang untuk bisa mendapatkan cadangan besar, biasanya di daerah frontier atau terluar,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...