Korsel akan Tutup 40 PLTU, Bagaimana Dampaknya pada Industri Batu Bara RI?

Mela Syaharani
18 November 2025, 15:28
Ilustrasi PLTU di India
Vecteezy.com/Amit Kumar Simanto
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Korea Selatan memutuskan untuk bergabung dalam Powering Past Coal Alliance (PPCA), sebuah aliansi yang berkomitmen untuk menutup pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Korsel berencana menutup 40 PLTU mereka hingga 2040.

Bergabungnya Korea Selatan ke aliansi tersebut diumumkan dalam KTT Iklim COP30 di Belem, Brasil pada Senin (17/11). Korea Selatan merupakan negara Asia kedua setelah Singapura yang bergabung PPCA.

PPCA pertama kali diluncurkan pada 2017 saat COP23 di Jerman. Aliansi ini memiliki tujuan untuk menghentikan penggunaan PLTU yang tidak memiliki teknologi pengurangan emisi gas rumah kaca.

Dikutip dari Yonhap, Korea Selatan saat ini memiliki kapasitas PLTU terbesar ketujuh di dunia. Negara gingseng ini berjanji tidak akan membangun pembangkit listrik batu bara tanpa pengurangan emisi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengatakan masuknya Korea Selatan ke PPCA tidak berpengaruh banyak bagi Indonesia.

“Penurunan konsumsi batu bara Korea Selatan sebenarnya sudah diprediksi, dan prosesnya akan langsung bertahap. (Ke Indonesia) pasti ada pengaruhnya tapi tidak signifikan,” kata Gita saat dihubungi Katadata, Selasa (18/11).

Dia menyebut ekspor batu bara Indonesia ke Korea Selatan hingga September 2025 mencapai 23,77 juta ton. Ekspor tersebut meningkat 15,7% dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang hanya sebanyak 20,55 juta ton.

Sepanjang 2025, Korea Selatan menduduki posisi nomor empat negara tujuan ekspor batu bara Indonesia, setelah Cina, India, dan Filipina.

Dia mengatakan, Korea Selatan tidak hanya mengimpor batu bara dari Indonesia. Secara global, Australia merupakan pemasok terbesar batu bara ke Korea, diikuti oleh Indonesia sebagai pemasok nomor dua. Setelah itu disusul oleh Rusia, Kanada, Mozambique, Amerika Serikat, Kolombia, Afrika Selatan, serta sebagian volume dari Cina.

“Ke depan, pemerintah Korea memang sudah menyiapkan roadmap transisi energi yang mencakup pensiun bertahap PLTU, konversi sebagian unit ke LNG, serta peningkatan kapasitas pembangkit EBT dan nuklir,” ujarnya.

Rencana masa depan PLTU Korea Selatan

Meski sudah berencana menutup 40 PLTU hingga 2040, namun negara asal K-pop ini masih membahas masa depan 20 PLTU lainnya. Pemerintah Korea Selatan akan memutuskan nasib 20 PLTU tersebut setelah dilakukan konsultasi publik, mempertimbangkan kelayakan ekonomi dan lingkungan. Diharapkan rencana tersebut bisa diselesaikan pada tahun depan.

“Penghentian penggunaan batu bara tidak hanya diperlukan untuk iklim, tetapi juga bermanfaat bagi keamanan energi, daya saing korporasi, dan penciptaan lapangan kerja. Tidak hanya bagi Korea Selatan tetapi juga bagi semua negara,” kata Menteri Iklim Kim Sung-hwan, yang memimpin delegasi Korea Selatan di COP30, dikutip dari Yonhap, Selasa (18/11).

Selain Korea Selatan, dalam COP30 Bahrain juga mengumumkan hal yang sama, bergabung dalam PPCA. Meskipun Bahrain belum pernah mengoperasikan PLTU, negara tersebut berjanji tidak akan membangun pembangkit semacam itu di masa depan.

Negara tersebut juga menyatakan niatnya untuk sejalan dengan pergeseran global menjauhi batu bara.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...