DBS: Emas Jadi Komoditas Mineral Paling Menguntungkan dalam 10 Tahun ke Depan
Managing Director Global Head of Metals and Mining DBS Bank Ltd Mike Zhang mengatakan emas menjadi komoditas mineral logam yang paling menguntungkan di masa depan. Hal ini didukung oleh perkembangan tren investasi untuk komoditas emas yang semakin banyak, salah satunya terjadi di Indonesia.
“Emas merupakan logam dengan kinerja terbaik dan yang paling menguntungkan,” kata Mike dalam media briefing, Rabu (26/11).
Dia menyebut berdasarkan prediksi berbagai perusahaan, jumlah proyeksi belanja modal atau Capex untuk industri pertambangan dalam 10 tahun ke depan mencapai US$ 3,5 triliun.
Tak hanya emas yang memiliki proyeksi bagus, komoditas mineral lain seperti tembaga, timah, kobalt, dan bijih besi juga diproyeksi memiliki kinerja yang bagus di masa depan.
“Ada banyak proyek besar terutama bijih besi di Afrika yang diinvestasikan oleh perusahaan Cina,” ujarnya.
Meski tak jadi yang paling menguntungkan, namun Mike menyebut adopsi atau kebutuhan komoditas aluminium dan tembaga akan semakin luas kedepan. Dari sisi harga, dia menyebut akan terjadi perbaikan harga komoditas, salah satunya timah pada 2026.
“Harga timah memang menguat selama beberapa tahun terakhir dan akan menguat lagi tahun depan. Kemudian harga nikel yang telah terpangkas di bawah US$ 15.000 per ton akan meningkat. Demikian juga untuk batu bara, aluminium dan tembaga akan meningkat,” ucapnya.
Dia menyebut 30% pasokan nikel dunia pada 2020 berasal dari Indonesia. Hal ini semakin meningkat, pada 2025 jumlahnya mencapai 70%.
“Pertumbuhannya tahun depan akan mencapai 75% dan akan berlanjut setiap tahun,” katanya.
Produksi Emas
Indonesia memiliki beberapa tambang emas yang tersebar di wilayah nusantara, salah satu perusahaan dengan angka produksi yang besar adalah PT Freeport Indonesia (PTFI). Emas yang diproduksi Freeport ini sebagian dijual kepada BUMN Tambang, Antam.
PTFI memprediksi penjualan emas ke PT Aneka Tambang Tbk alias Antam hanya 10 ton tahun ini. Dalam perjanjian kerja sama, perusahaan seharusnya menjual 30 ton per tahun selama 2025 – 2029.
Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan aktivitas produksi di smelter di Manyar, Gresik, Jawa Timur disetop imbas tambang Grasberg Block Cave atau GBC longsor pada awal September. Pasokan bahan baku pun diprioritaskan untuk smelter milik PT Smelting, yang hanya bisa memproduksi tembaga.
Keputusan itu sebagai bagian dari salah satu kesepakatan yang harus dipenuhi Freeport Indonesia saat menambah kepemilikan saham di PT Smelting pada 2023.
“Oleh karena itu, penjualan emas ke Antam sampai akhir tahun ini mungkin sekitar 10 ton," kata Tony di Gedung DPR, Senin (24/11). Emas ini pun merupakan hasil produksi smelter di Manyar, Jawa Timur sekitar Juli.
