Mengintip Prediksi Pergerakan Harga Mineral 2026, Harga Emas akan Terus Naik

Mela Syaharani
18 Desember 2025, 17:11
Emas Antam
Dok. MIND ID
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ketidakpastian ekonomi global membentuk pergerakan harga komoditas mineral sepanjang 2025, dari logam mulia hingga mineral energi. Di antara komoditas tersebut, emas tampil paling menonjol dengan kenaikan harga dari Rp 1.515.000 per gram pada awal tahun ke kisaran Rp 2,5 juta per gram saat ini.

Pergerakan harga emas di sepanjang 2025 menunjukkan tren positif. Pada 1 Januari 2025, harga emas Antam sebesar Rp 1.515.000 per gramnya.

Adanya tren kenaikan harga membuat emas Antam akhirnya bertengger di angka Rp 2 juta per gram pada akhir Mei. Akan tetapi, harga emas mulai stabil di angka Rp 2 juta per gram sejak akhir Agustus 2025.

Tak berhenti disitu, pergerakannya terus naik, pada Kamis (18/12) sudah mencapai Rp Rp 2.487.000 per gramnya, atau naik Rp 17.000 dibandingkan hari sebelumnya. Bagaimana dengan prediksi tren harga emas 2026?

Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey mengatakan harga emas pada 2026 akan tetap bullish atau meningkat, seiring dengan ketidakpastian global. Menurutnya angka permintaan dari aset safe haven, serta pelemahan berkelanjutan dari dolar AS memicu dedolarisasi.

“Serta memberikan jalan bagi bank bank sentral dunia untuk mengakumulasi emas. Rentan harga untuk 2026 (berkisar) di US$ 4.300-4.500 per ons,” kata Andhika kepada Katadata, Kamis (18/12).

Diprediksi Tembus Rekor Baru

Senada, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo juga memperkirakan harga emas pada 2026 masih berada dalam tren positif. Meskipun menurutnya pergerakan emas diwarnai oleh volatilitas.

Dorongan utamanya datang dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, khususnya dari Federal Reserve yang diproyeksikan menurunkan suku bunga secara bertahap.

“Dengan inflasi yang masih relatif tinggi dan gangguan geopolitik yang terus berlanjut, emas akan terus berfungsi sebagai aset yang melindungi nilai,” kata Sutopo saat dihubungi Katadata, Kamis (18/12).

Menurutnya, konsensus pasar menempatkan harga emas berpotensi mendekati atau bahkan menembus rekor baru, seiring meningkatnya permintaan investasi dan cadangan bank sentral.

Dia menyebut ada beberapa faktor yang memengaruhi harga emas pada 2026. Pertama, kebijakan suku bunga bank sentral utama, kemudian dinamika inflasi global, serta ketegangan geopolitik yang belum mereda. 

Selain itu, tren de-dolarisasi dan diversifikasi cadangan devisa oleh sejumlah negara berkembang akan memperkuat permintaan emas sebagai instrumen stabilitas. 

Dari sisi teknis, produksi tambang yang relatif stagnan dan biaya eksplorasi yang meningkat juga dapat menekan pasokan, sehingga memperkuat harga. “Kombinasi faktor makroekonomi, geopolitik, dan permintaan-permintaan fundamental menjadikan emas tetap atraktif,” ujarnya.

Komoditas Mineral Lainnya

Selain Emas, Sutopo juga menyebut untuk pergerakan harga perak diperkirakan melanjutkan reli kuat yang sudah terlihat sejak 2025. Hal ini disebabkan oleh dorongan yang datang dari permintaan industri.

“Harga perak diperkirakan melonjak signifikan, dengan proyeksi mencapai US$ 95–107 per ons pada akhir 2026,” ujarnya.

Lonjakan ini didorong oleh permintaan industri yang kuat dari sektor energi terbarukan, kendaraan listrik, dan pusat data teknologi. Selain itu ada ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter yang meningkatkan daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai.

“Nikel juga berpotensi menguat, didorong oleh ekspansi baterai kendaraan listrik dan kebijakan transisi energi global,” katanya. 

Nikel diperkirakan berada pada kisaran US$ 18.000–20.000 per ton. Menurutnya, meski permintaan dari sektor baterai kendaraan listrik terus meningkat, pasar global diproyeksikan mengalami surplus pasokan sehingga menahan kenaikan harga. 

Namun, tren elektrifikasi dan kebijakan transisi energi tetap memberikan dukungan jangka panjang. Kendati demikian, dia menyebut komoditas bauksit dan timah menghadapi dinamika yang berbeda. Pada 2026 dinamika harga bauksit relatif stabil dengan dukungan dari industri aluminium.

Harga bauksit diperkirakan sekitar US$ 50–55 per ton. Permintaan bauksit dari sektor konstruksi dan infrastruktur hijau akan menjaga momentum.

Sementara untuk timah, komoditas ini berpeluang menghadapi tekanan dari substitusi teknologi, meskipun tetap mendapat sokongan dari sektor elektronik.

Timah diperkirakan akan mencapai kisaran harga US$ 35,000–36,000 per ton pada 2026. 

“Faktor utama adalah defisit pasokan global akibat kendala produksi di Indonesia dan Myanmar, serta permintaan yang kuat dari industri semikonduktor dan solder elektronik,” ucapnya.

Kondisi ini menjadikan timah salah satu strategi komoditas dengan prospek positif. Menurutnya, secara keseluruhan 2026 merupakan tahun yang konstruktif bagi strategi komoditas mineral. 

“Dengan demikian, lanskap komoditas 2026 akan ditandai dengan divergensi. Logam mulia dan mineral energi terbarukan menguat, sementara komoditas dengan permintaan tradisional cenderung,” kata dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Mela Syaharani

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...