Amankan Stok Pangan, Jokowi Disarankan Realisasikan Impor Beras
Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) disarankan segera merealisasikan impor beras. Opsi ini dilakukan untuk mengamankan pasokan pangan dan mengantisipasi kenaikan harga di tengah penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19) dan menjelang ramadan serta Lebaran.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan, wabah Covid-19 di Indonesia tidak hanya dapat berimbas pada ekonomi secara keseluruhan tapi juga pada permintaan komoditas pangan pokok, salah satunya beras.
Oleh karenanya, pemerintah harus menjaga stabilitas harga beras terlebih menjelang Ramadan dan Idul Fitri dimana permintaan pangan biasanya akan lebih tinggi.
"Pemerintah perlu belajar dari apa yang terjadi pada gula, bawang putih dan bawang bombay. Sebab, pemerintah cenderung terlambat melakukan impor pada ketiga komoditas tersebut sehingga harga naik," katanya dalam keterangan resmi Rabu (18/3).
(Baca: Wabah Corona Merebak, Kementan Klaim Stok Pangan Aman hingga Agustus)
Akibat terlambat impor, ketersediaan komoditas tersebut di pasar terus menipis dibanding permintaan. Alhasil, konsumen harus membayar lebih mahal lantaran harganya yang naik.
Berdasarkan pantauan hargapangan.id, harga beras kualitas super II per 17 Maret 2020 berada di angka Rp12.700 per kilogram. Harga tersebut cukup stabil untuk saat ini. Kendati pemerintah dinilai tetap perlu mengantisipasi kenaikan harga.
Oleh karenanya, dalam menjalankan skema impor, perlu diperhitungkan masalah ketepatan waktu. Sebab, jika pemerintah terlambat memutuskan kebutuhan untuk impor, harga akhir yang nanti dikeluarkan justru dapat melambung saat harga internasional sudah naik lebih tinggi.
Di sisi lain, penghitungan ketepatan waktu impor juga diperlukan agar beras yang masuk dari tidak berbarengan dengan masa panen raya.
Panen raya yang digadang-gadang akan mencukupi kebutuhan konsumsi, produksinya juga menurut dia perlu dihitung dengan benar. Maka dari itu, data beras harus dihitung secara akurat untuk memastikan volume kebutuhan impor.
"Bulog menyatakan stok berasnya dipastikan aman dalam menghadapi masa penanganan virus corona seperti sekarang ini. Perlu ditekankan bukan hanya karena penyebaran covid-19 yang perlu dihadapi oleh pemerintah, tapi juga peningkatan kebutuhan menjelang hari raya," katanya.
(Baca: Kemenko Ekonomi Khawatir Lockdown Jakarta Ganggu Distribusi Pangan)
Selain itu, penyederhanaan proses impor yang panjang, termasuk rapat koordinasi yang melibatkan banyak sekali kementerian juga menurutnya juga penting dilakukan untuk menghindari keterlambatan timing impor.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya telah meminta Menteri Perdagangan Agus Suparmanto untuk membuka persetujuan impor pangan, termasuk beras.
"Langkah Menko perekonomian dalam merekomendasikan Kementerian Perdagangan untuk membuka keran impor perlu ditindaklanjuti dengan aksi yang cepat, karena distribusi beras impor hingga sampai ke Indonesia juga membutuhkan waktu," katanya.
Adapun Kementerian Pertanian sebeulumnya menyatakan stok pangan diprediksi aman hingga Agustus 2020. Sehingga, masyarakat tak perlu khawatir akan terjadinya kekurangan pasokan atau kenaikan harga pangan.
(Baca: Kemendag Terbitkan Lagi Izin Impor Gula Sebanyak 550 Ribu Ton)
Data perkiraan pasokan ketersediaan pangan strategis nasional, untuk periode Maret hingga Agustus 2020 yang dirilis Kementan disebutkan, untuk komoditas beras ditaksir terdapat ketersediaan 25,6 juta ton dari angka kebutuhan 15 juta ton.
Selanjutnya cabai besar dari kebutuhan 551.261 ton ketersediaannya 657.467 ton, daging ayam ras dari kebutuhan 1,73 juta ton kebutuhannya 2,06 juta ton, minyak goreng dari kebutuhannya 4,41 juta ton, ketrsediaannya 23,3 juta ton.
Adapun untuk daging sapi/kerbau kebutuhannya sekitar 376.035 ton, ketersediaannya mencapai 517.872 dengan total rencana impor 290 ribu ton.
Cabai rawit dari kebutuhan 291 ribu ton, ketersediaannya 734 ribu ton. Lalu,
telur ayam ras dari kebutuhan 2,48 juta ton, ketersediaannya ada 2,57 juta ton.
Kemudian gula dari kebutuhan 1,39 juta ton, ketersediaannya mencapai 2,86 juta ton dengan rencana impor 672.500 ton. Komoditas bawang putih dari kebutuhan 291 ribu ton, ketersediaannya hanya ada sekitar 288 ribu ton, sehingga pemerintah bakal mengimpor 196.549 ton bawang putih dari berbagai negara.