Daya Beli Tumbuh, Transaksi Retail Ditargetkan Naik 10% Jadi Rp 258 T

Rizky Alika
11 Juli 2019, 15:43
transaksi ritel, aprindo
Arief Kamaludin|Katadata
Suasana pertokoan di Mal Senayan City, Jakarta. Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, transaksi ritel 2019 diperkirakan naik dua digit menjadi Rp 258 triliun.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, transaksi retail tahun ini diperkirakan naik dua digit untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir. Nilai keseluruhan transaksi itu mencapai Rp 258 triliun.

"Jadi tahun lalu Rp 235 triliun ditambah Rp 23,5 triliun, sekitar Rp 258 triliun untuk target tahun ini," kata dia di Gandaria City, Jakarta, Kamis (11/7).

Menurut dia, daya beli masyarakat tahun ini tetap terjaga lantaran inflasi masih terkendali sebesar 3,28% pada Juni lalu. Selain itu, indeks kepercayaan konsumen juga masih terjaga pada 126,4 pada Juni lalu. Meski lebih rendah 1,8 poin dibandingkan bulan sebelumnya, Roy menilai optimisme konsumen masih terjaga lantaran indeks di atas 100.

Selain itu, ia menilai kemampuan konsumsi masyarakat masih terjaga. Ini tercermin dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018 mencapai Rp 56 juta atau $3.927 per kapita.

(Baca: Pesta Diskon 'Indonesia Great Sale' Hingga 70% Serempak di Seluruh Mal)

Kemampuan ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah mulai meningkat seiring dengan peningkatan dana desa menjadi Rp 70 triliun pada tahun ini. "Mudah-mudahan ada juga dana lurah untuk entrepeneurship desa. Itu akan menambah peningkatan konsumsi," ujarnya.

Namun, ia mengakui transaksi pada Lebaran tahun ini tidak sesuai dengan eskpektasi. Sebab, transaksinya hanya tumbuh 25%, lebih rendah dari pertumbuhan transaksi Lebaran tahun lalu sekitar 34%.

Padahal, momen hari raya itu seharusnya menjadi momentum bagi industri retail untuk meningkatkan pendapatan. Transaksi pada Lebaran memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap pendapatan retail selama setahun.

(Baca: Retail Offline Tutup Gerai, Marketplace Bahan Pangan Justru Menjamur)

Turunnya konsumsi itu, menurut Roy, karena pengeluaran kelas menengah ke atas beralih untuk perjalanan luar negeri seiring dengan adanya pelaksanaan Pemilu 2019. Sementara, transaksi kelas menengah ke bawah masih tetap di dalam negeri.

Untungnya, perlambatan transaksi pada Lebaran dapat terkompensasi dengan adanya Pemilu. Sebab, penyelenggaraan pesta demokrasi itu dapat mendorong konsumsi makanan.

Ia meyakini konsumsi akan meningkat seiring dengan masuknya periode kerja presiden tahun 2019-2024. "Awal periode kerja, Presiden Jokowi akan mendorong program ekonomi,"  kata Roy.

(Baca: Aprindo: Penjualan Retail Selama Ramadan dan Idul Fitri 2019 Lesu)

Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...