Tren Perawatan Kecantikan Naik, Industri Kosmetik Dipatok Tumbuh 9%
Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kosmetik tahun ini mencapai 9%, meningkat dibanding pertumbuhan tahun lalu sekitar 7,3%. Hal ini antara lain dipicu oleh meningkatnya tren kebutuhan masyarakat terhadap produk kecantikan dan perawatan tubuh.
Pemerintah optimistis, industri kosmetik dalam negeri tak hanya tumbuh di pasar domestik, tapi juga di pasar dunia. “Kami menargetkan pada tahun ini, industri kosmetik dapat tumbuh hingga 9%,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (10/4).
Sigit optimistis, permintaan pasar dalam negeri dan ekspor kosmetik semakin meningkat setiap tahunnya sejalan dengan tingginya kebutuhan akan produk perawatan.
(Baca: Batasi Penambahan Gerai, The Body Shop Pilih Fokus Penjualan Online)
Kemenperin mencatat, pada 2017, industri kosmetik di Tanah Air mencapai lebih dari 760 perusahaan. Dari total tersebut, sebanyak 95% industri kosmetika nasional berasal sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Dari industri yang skala menengah dan besar, beberapa sudah mengekspor produknya ke negara-negara di Asean, Afrika, Timur Tengah dan tujuan lainnya,” ujar Sigit.
Pada 2017, nilai ekspor produk kosmetik nasional mencapai US$ 516,99 juta, meningkat hingga 16% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 470,30 juta.
Untuk menggenjot pertumbuhan, dia menyatakan Kemenperin sedang fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri kosmetik melalui berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektor tersebut. Misalnya, dengan bertransformasi menerapkan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri seiring era industri 4.0.
“Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, tentu akan memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup,” ujarnya.
Prospek Bisnis Kosmetik
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnisnya prospektif dan menjanjikan.
Potensi pasar domestik ini antara lain meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi millenial. “Saat ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik," kata Airlangga.
(Baca: Manfaatkan Media Sosial, Wardah Klaim Pimpin Penjualan Make-Up)
Tak hanya itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik menuurtnya juga mulai merambah pasar pria dan anak-anak.
Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami (back to nature) sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk spa yang berasal dari Bali.
Produk spa tersebut menurutnya cukup diminati oleh wisatawan luar negeri. Dengan branding yang baik, dia berharap produk kosmetik nasional dapat menyamai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari Korea Selatan.
Sementara dari aspek bahan baku, dia pun meyakini Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Beberapa yang perlu dikembangkan seperti ganggang laut dan marine collagen yang potensial untuk dikembangkan di pasar lokal dan global.
“Jadi, perlu proses ekstraksi lagi untuk bahan baku kita. Misalnya lidah buaya bisa menghasilkan kolagen dan ada essential oil, yang saat ini masih impor,” ujarnya.
(Baca: Kaum Hawa Cemaskan Kenaikan Harga Kosmetik Impor)
Di beberapa negara Asean, juga menurutnya sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik.
Karenanya, dia mengimbau agar industri kosmetika Indonesia tidak boleh ketinggalan. Sebab, Indonesia bersaing dengan pemimpin pasar di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut.