Incar 3 Kawasan, Pemerintah Dorong Ekspor Industri Strategis
Pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta memperluas pasar ekspor industri strategis ke negara-negara di kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Selatan. Kerja sama ekspor ini akan difasilitasi oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ia telah berbicara dengan menteri keuangan Afrika, Asia Tengah, dan Timor Leste untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Menkeu meminta LPEI memfasilitasi ekspor tersebut karena LPEI dibentuk untuk memperkuat pembiayaan ekspor dengan skema konvensional maupun syariah. Industri strategis yang dimaksud menkeu adalah sektor konstruksi, farmasi, pesawat udara, kereta api, dan pertambangan.
"Saat ini kami ingin memperkuat dan menjalin kerja sama yang telah kami bangun, terutama dalam perdagangan dan investasi dengan partner dari Afrika, Bangladesh, Srilanka, dan lainnya," kata Sri Mulyani dalam Business Luncheon on Indonesia Financing Scheme, di Bali, Minggu (14/10). Kegiatan yang diselenggarakan Kementerian Keuangan bersama Kemenko Maritim dan Kementerian Luar Negeri itu merupakan rangkaian dari Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia 2018.
Investasi dan ekspor merupakan dua kunci yang menjadi perhatian pemerintah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah kebijakan fiskal untuk mendukung ekspor.
(Baca: Pemerintah Dorong Penguatan Ekspor Industri untuk Pulihkan Rupiah)
LPEI dapat melaksanakan penugasan khusus yang disebut dengan National Interest Account (NIA) untuk mendukung ekspor nasional dengan pembiayaan dari pemerintah. "Dengan adanya instrumen keuangan, kita bisa memperkuat kerja sama dengan menawarkan pinjaman dan perdagangan yang kompetitif dan membangun relasi dengan para investor. Kami ingin membangun interaksi dengan negara lain dan lebih kompetitif," ujarnya. Tahun ini LPEI menargetkan penyaluran pembiayaannya tumbuh 11% menjadi sekitar Rp 112 triliun.
Negara-negara mitra dagang yang juga berpeluang menjadi perluasan pasar ekspor, antara lain Angola, Bangladesh, Kamerun, Pantai Gading, Djibouti, Ethiopia, Gabon, Mali, Mozambik, dan Namibia. Selain itu, Niger, Nigeria, Senegal, Sri Lanka, Tanzania, Timor Leste, Zambia, Zimbabwe, dan Somalia.
Pada kesempatan tersebut, hadir perwakilan lembaga-lembaga internasional yang terlibat dalam pembiayaan ekspor, seperti The African Export-Import Bank (Afreximbank), Central African States Development Bank (BDEAC), dan Institute for Transportation & Development Policy (ITDP). Dari Indonesia hadir beberapa BUMN strategis, seperti PT Pindad, PT LEN Industri, Bio Farma, PT Timah, PT INKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Kimia Farma, PT Waskita Karya, dan Peruri.
(Baca: Ekspor Lesu, Kemendag Minta Eksportir Tingkatkan Produk Nilai Tambah)