Mengangkat Kopi Para Petani Perempuan di Hajatan IMF-Bank Dunia
Kemeriahan dan hiruk-pikuk pelaksanaan Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali membuka sejumlah peluang bisnis. Salah satunya bagi Java Mountain Coffee yang membuka gerai kopi di Hotel The Laguna, Nusa Dua, Bali.
Gerai kopi mungil yang terletak di pinggir pantai ini sekilas terlihat tidak jauh berbeda dengan gerai-gerai kopi yang kerap ditemui di mal atau tempat-tempat lain. Seorang perempuan muda menyapa Katadata saat mendatangi gerai tersebut. Lalu, seorang barista dengan cekatan menyiapkan pesanan kami, dua ice cappucino dan satu ice black coffee.
Perempuan muda bernama Intan Westlake itu bercerita sedikit mengenai bisnisnya setelah mengantarkan pesanan kami. Java Mountain Coffee merupakan social enterprise yang memiliki misi untuk memberdayakan perempuan petani kopi melalui koperasi dan Women's Empowerment Innovation Fund.
Java Mountain Coffee berdiri pada 2017 di Ciwidey, Jawa Barat. "Kami ambil kopinya dari Jawa Barat karena di sana kopi terkenal dengan kopi Arabika," ujar Perwakilan Java Coffee Mountain Intan Westlake. Sebesar 10% dari penjualan Java masuk lagi ke koperasi untuk membeli peralatan yang dibutuhkan para petani perempuan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Bisnis ini berangkat dari keinginan untuk mengangkat derajat perempuan petani kopi. Lebih dari 300 tahun yang lalu, rantai pasokan kopi di Indonesia dibentuk oleh kaum pria dan sampai hari ini rantai pasokan kopi global masih dikontrol oleh pria. Perempuan pekerja perkebunan menerima upah Rp 20.000 per hari. Sementara, keberlangsungan hidup mereka dibayangi gagal panen dan serangan hama yang terjadi akibat kondisi cuaca ekstrem.
Ada dua koperasi yang berada di bawah naungan Java Mountain Coffee, yakni Java Mountain Coffee Women Cooperative dan Bali Mountain Coffee Women Cooperative. Para perempuan petani kopi dan buruh tani musiman di Ciwidey Jabar, Gunung Batu Karu dan Pegunungan Munduk di Bali mengerjakan 60% dari pekerjaan manual dalam produksi kopi. Namun, pendapatan mereka hanya 10% dari total pendapatan rumah tangga. Lahan pertanian yang mereka miliki kurang dari 1% terhadap total luasan perkebunan kopi.
"Para pembuat kebijakan global memahami, secara historis perilaku manusia di dalam rantai pasokan komoditas global berkontribusi terhadap dilema yang kita hadapi saat ini, yakni kesenjangan sosial dan pemburukan kondisi lingkungan hidup," kata Intan. Dengan membuka gerai di tengah hajatan Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia, ia berharap para anggota delegasi tidak melupakan partisipasi perempuan. Khususnya, ketika mereka membuat kebijakan yang akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat kecil dan lingkungan hidup.
(Baca: Tak Hanya di Kafe, Produsen Kopi Kini Ramai Berjualan Online)
Memasok Sejumlah Hotel
Java Mountain Coffee mendapatkan pasokan bijih kopi dari para petani yang menjadi mitranya kemudian mereka yang menyangrai (roasting) bijih kopi tersebut. Kopi yang sudah disangrai harus diistirahatkan selama seminggu agar gas yang dihasilkan dari proses tersebut keluar sebelum digunakan. Saat ini beberapa hotel di Bali, seperti Alila Resort dan Ayana Resort menggunakan kopi produksi Java Mountain Coffee.
Intan mengatakan, perusahaannya juga memproduksi kopi dalam bentuk biodegradable capsules yang kompatibel dengan mesin pembuat kopi. "Kapsul ini nggak pakai plastik lagi, setelah dipakai bisa menjadi kompos dalam waktu 90 hari sejak pemakaian. Saat ini sebagian besar coffee pods masih dari plastik dan itu sangat buruk bagi lingkungan hidup," ujarnya. Java Mountain Coffee juga menggunakan gelas kertas yang berasal dari serat ramah lingkungan, bukan serat kayu. Untuk minuman dingin, Java Mountain Coffee menggunakan gelas bening yang terbuat dari serat jagung. Tampilan gelas ini mirip gelas plastik tetapi tidak tahan panas.
Untuk menjaga keberlangsungan perkebunan kopi, Java Mountain Coffee bekerja sama dengan Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI). "Uang yang kita sisihkan 10% dari penjualan itu salah satunya untuk nursery program di mana kita beli benih kopi dan shade trees (pohon naungan) dari ICCRI," kata Intan. Benih yang diproduksi ICCRI tahan terhadap hama coffee rust, yakni jamur yang menyerang akar pohon kopi sehingga tidak bisa berproduksi. Tanaman kopi juga membutuhkan pohon yang lebih tinggi sebagai naungan, misalnya pohon berkayu, karet, jeruk dan lainnya yang bisa menjadi penghasilan tambahan bagi para petani perempuan tersebut.
(Baca: Kopi Cold Brew, Tren Baru atau Sekadar Alternatif Pilihan?)