Geliat Pekerja Tiongkok di Morowali: Upah Sama tapi Beda Perlakuan

Image title
11 Agustus 2018, 08:37
Pekerja Tiongkok di Kawasan Industri Morowali
Katadata - Ihya Ulum Aldin
Kawasan Industri Morowali

Isu jutaan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok membanjiri Morowali, Sulawesi Tengah, beredar cukup masif dalam beberapa bulan terakhir. Mereka dianggap mendapatkan gaji lebih besar dan fasilitas mewah dari perusahaan yang mempekerjakannya. Namun, penuturan pekerja Tiongkok dan pekerja lokal di Kawasan Industri Morowali tidaklah demikian.

TKA Tiongkok dan pekerja lokal di kawasan industri yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ternyata mendapatkan gaji yang sama. Sedikit yang tahu soal beratnya hidup TKA Tiongkok di kawasan industri ini. Pengakuan pekerja di Morowali. Bahkan, TKA mendapat perlakuan berbeda dengan pekerja lokal. Beberapa dari mereka mengungkapkan kejenuhannya, merasa terkurung di kawasan industri yang jauh dari hingar-bingar perkotaan dan fasilitas hiburan yang minim.

Lokasi Kawasan Industri Morowali jauh dari hingar-bingar perkotaan. Perjalanan ke kawasan industri ini cukup panjang. Kita perlu menggunakan pesawat dari Jakarta menuju ke Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian berganti pesawat ATR untuk penerbangan ke Bandara Maleo yang berada di Desa Umbele, Morowali. Untuk mencapai lokasi, kita masih harus menempuh perjalanan darat menyusuri garis pantai selama sekitar 2,5 jam.

Tak banyak hiburan di sekitar kawasan industri. Tak ada pusat perbelanjaan, gedung bioskop, atau tempat hiburan lain. Pekerja asing lebih terkekang. Sejak setahun terakhir, pihak manajemen IMIP, membatasi pergerakan mereka. TKA dilarang keluar dari kawasan industri untuk menghindari konflik dengan warga sekitar.

(Baca: Gaji Pekerja Tiongkok Setara dengan Pekerja Lokal di Morowali)

Salah satu pekerja asing asal Tiongkok, Lee Qiang, mengungkapkan kebosanannya selama 7 tahun bekerja sebagai manager pengembangan kawasan. Dia menceritakan suka dukanya bekerja di Indonesia kepada katadata.co.id, saat kami mengunjungi Kawasan Industri Morowali, beberapa hari lalu. 

Minimnya hiburan, membuat karyawan yang bekerja di 16 perusahaan di kawasan industri IMIP ini tak punya banyak pilihan. Untuk membunuh rasa bosan itu, dia hanya bisa berolahraga memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekitar kawasan, seperti lapangan voli, futsal, badminton, basket, dan alat kebugaran.

"Banyak orang Tiongkok tidak betah di kerja sini (kawasan industri IMIP) karena keluarga mereka ada di Tiongkok," kata Lee Qiang yang bisa berbahasa Indonesia, meski tak begitu lancar.

Banyak dari teman-teman Lee dari Tiongkok tidak sanggup bekerja di Morowali. Menurutnya, jumlah pekerja Tiongkok terus berkurang setiap saat. Banyak dari mereka bekerja secara kontrak. Setelah pembangunan pabrik selesai, kontraknya habis dan mereka harus kembali ke negaranya. Beberapa pekerja tetap juga ada yang memilih untuk tak kembali ke Morowali setelah mengambil cuti pulang ke negaranya.

Pekerja asing dan pekerja lokal, mendapatkan jatah cuti selama dua minggu setiap tiga bulan sekali. Lee Qiang memanfaatkan kesempatan mudik tiap tiga bulan sekali ini menemui istri dan keluarganya di Tiongkok. 

Meski bosan dan jauh dari keluarganya di Negeri Panda, Lee Qiang merasa nyaman bekerja di Indonesia. Selain kondisi cuaca yang bagus dia sudah memiliki banyak teman orang Indonesia yang dianggapnya sudah seperti saudara. Teman-temannya para pekerja Indonesia memanggil Lee Qiang dengan sebutan Arifin. Awalnya, dia tak tahu arti nama ini, sampai ada seseorang yang membertahu artinya adalah orang yang bijaksana. 

Para pekerja Tiongkok dan pekerja lokal dari luar Morowali tinggal di mes yang disediakan pengelola kawasan. Beberapa ada yang tinggal di satu mes yang sama dengan TKA. Kamar berukuran 3x5 meter dihuni paling banyak oleh empat orang. Fasilitasnya terbilang lengkap, terdapat kamar mandi, televisi, dan pendingin udara (AC).

Salah satu pekerja asal Indonesia yang tinggal di mes tersebut, Dedy Kurniawan menceritakan tak pernah ada konflik antara pekerja lokal dan pekerja asing, meski tinggal di mes yang sama. "Paling cuma masalah pribadi saja. Sesama orang Indonesia saja sering berantem," katanya.

Mes Pekerja Kawasan Industri Morowali
Mes Pekerja Kawasan Industri Morowali (Katadata - Ihya Ulum Aldin)

Pihak pengelola Kawasan Industri Morowali ini mengklaim data per 31 Juli, jumlah TKA hanya ada 10,9% dari total pekerja secara keseluruhan di kawasan tersebut. Dari 16 perusahaan yabg berada di kawasan tersebut, 13 di antaranya mempekerjakan TKA asal Tiongkok. Adapun jumlah pekerja Tiongkok sebanyak 3.121 orang, dari total 28.568 orang yang bekerja di kawasan tersebut.

(Baca: Pekerja Tiongkok di Kawasan Industri Morowali Diklaim Hanya 10,9%)

Meski bekerja dan tinggal di mes yang sama, tapi perlakuan bagi dan aturan bagi TKA dan pekerja lokal berbeda. Perbedaan perlakuan diakui oleh Mulfi, salah satu pekerja Indonesia asal Medan, Sumatera Utara. Menurutnya, pekerja asal Indonesia diperlakukan lebih santai dari pada pekerja asing. Pekerja Indonesia banyak yang bersantai sembari merokok dan bermain telepon seluler saat sedang bekerja.

"Kalau pekerja Tiongkok (melakukan ini), sudah kena Surat Peringatan itu. Kalau merokok juga dikenakan denda Rp 500 ribu," kata Mulfi sembari merokok di tengah jam kerja.

Pihak perusahaan mengaku sengaja melakukan kebijakan yang berbeda, karena mempertimbangkan budaya kerja orang Indonesia. Direktur Operasional IMIP Irsan Wijaya mengatakan, jika pekerja Indonesia diperlakukan dengan ketat, maka akan banyak protes. "Kami pelan-pelan akan terapkan aturan yang tegas," kata Irsan.

Halaman:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...