Tambah Gerai, Pemilik Jaringan CFC Siapkan Investasi Rp 30 Miliar
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), pemilik jaringan gerai makanan siap saji California Fried Chicken (CFC) bereNcana melanjutkan ekspansinya tahun ini. Perusahaan berencana menambah 30 unit gerai baru dan merenovasi gerai lama dengan total investasi sebesar Rp 30 miliar.
"Dari total kebutuhan dana ekspansi tahun ini, sekitar Rp 15 miliar akan dibiayai dari pinjaman Bank BCA, sementara sisanya dari kas internal," kata manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia.
Selain berfokus pada pengembangan gerai CFC, perusahaan juga berencana merambah segmen baru ke jenis makanan asal Jepang yakni mi ramen. Perusahaan akan mulai membuka outlet baru produk ramen dengan merek dagang Sugikaya.
Dengan sejumlah ekspansinya tahun ini, Pioneerindo Gourmet menarget pendapatan usaha tahun ini bisa naik sekitar 15% dari total pendapatan tahun lalu sebesar Rp 536 miliar.
(Baca : Rugi Bersih Hero Supermarket Turun 33% Pada Kuartal I 2018)
Pencapaian target itu juga akan didukung oleh sejumlah startegi bisnis perseroan, di antaranya seperti peningkatan standar produk, mendorong aktivitas pemasaran dan promosi serta melakukan pemetaan yang tepat terhadap rencana pembukaan gerai yang efektif dan produktif sehingga mampu mengehmat biaya distribusi.
Sepanjang kuartal I 2018, perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 121,9 miliar, meningkat 9,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 111,7 miliar. Peningkatan itu antara lain disebabkan oleh kenaikan rata-rata berbelanja (avarage cheque) sebesar 8% dan peningkatan penjualan dari gerai baru. Sementara laba periode berjalan perseroan juga mencatat peningkatan sebesar 86,7% dengan perolehan net profit margin sebesar 0,5% di kuartal I 2018.
Kenaikan kinerja pendapatan juga dialami PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST). Perusahaan pemilik jaringan restoran dan makanan siap saji KFC ini mencatat kenaikan pendapatan sebesar 10,7% menjadi Rp 1,33 triliun dari kuartal I tahun sebelumnya sebesar Rp 1,20 triliun.
Menurut laporan keuangan perusahaan, penyumbang pendapatan terbesar Fast Food Indonesia masih berasal dari segmen penjualan makanan dan minuman sebear Rp 1,31 triliun, jumlah tersebut meningkat dari sebelumnya hanya Rp 1,18 triliun. Penjualan konsinyasi CD juga naik tipis. Sementara pendapatan dari jasa layanan antar tercatat menurun.
Laba kotor perusahaan juga meningkat 10,1% menajdi Rp 824 miliar dari sebelumnya Rp 748 miliar serta laba usaha perseroan tercatat melonjak 59% dari Rp 12,11 miliar menjadi Rp 19,30 miliar. Meski begitu, laba periode berjalan perusahaan justru merosot 58% dari Rp 37,23 miliar menjadi Rp 15,66 miliar karena adanya beban pajak penghasilan sebesar Rp 3,87 miliar tahun ini. Tahun lalu, perusahaan mencatat manfaat pajak penghasilan Rp 23,54 miliar.