Ekonomi Akan Tumbuh Stagnan 5,5% Bila Sektor Manufaktur Tak Berkembang
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, berdasarkan sebuah studi, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi hanya akan mencapai 5,5% jika hanya mengandalkan industri yang berbasis sumber daya alam (SDA). Level pertumbuhan ekonomi tersebut tidak cukup untuk mengurangi kesenjangan, pengangguran dan kemiskinan.
Maka itu, Bambang menekankan pentingnya pengembangan sektor manufaktur. "Pertumbuhan 5,5% bisa diangkat ke atas tapi harus ada perbaikan menyeluruh di sektor manufaktur," kata Bambang dalam acara The 4th Industrial Dialogue Grand Session: The Study on the Promotion of Globally Competitive Industry di Jakarta, Selasa (17/4).
(Baca juga: Bappenas: Produktivitas Industri Stagnan, Barang Ekspor Masih Homogen)
Bambang mengatakan, sektor manufaktur sudah terbukti dapat memajukan ekonomi negara-negara anggota G20. "Mayoritas maju karena sektor industri, kecuali Saudi Arab karena minyak," ujarnya.
Adapun sejauh ini, ia berpendapat sektor manufaktur belum memiliki terobosan untuk memperbesar perannya dalam perekonomian Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah 20%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan pemerintah tengah mengembangkan revolusi industri 4.0 sebagai salah satu upaya dalam membangun sektor manufaktur. Revolusi industri 4.0 menekankan pada pemanfaatan teknologi digital dalam bisnis.
Beberapa sektor telah mengimplementasikan industri 4.0 di antaranya sektor makanan dan minuman, tekstil, elektronik, otomotif, dan kimia. "Dengan digital economy, pertumbuhan bisa bertambah 1-2%,” ujarnya.