Di Tengah Kompetisi Ketat, Indosat Raih Laba Rp 1,1 Triliun
Persaingan di industri telekomunikasi makin ketat, terutama dalam layanan data selular. Walau demikian, PT Indosat optimistis bisa mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain terbesar di Tanah Air. Setidaknya hal itu diperlihatkan dari laba bersih dan pendapatan yang diperoleh operator dengan brand Indosat Ooredoo itu sepanjang tahun lalu.
President Director & CEO Indosat Ooredoo, Joy Wahjudi, menyatakan laba bersih perusahaan yang dipimpinnya pada 2017 mencapai Rp 1,1 triliun, naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya. Dengan perolehan tersebut, hal itu menandakan pertumbuhan positif selama tiga tahun berturut-turut.
Naiknya keuntungan tersebut seiring pertumbuhan pendapatan yang bertambah 2,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Indosat juga membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 29,9 triliun, terutama didukung oleh pendapatan segmen B2B atau MIDI sekitar 10 persen dan seluler 1,7 persen.
(Baca pula: Para Direktur Dikabarkan Undur Diri, Indosat Bantah)
Sementara itu, pendapatan dari layanan data seluler melejit hingga 40,2 persen dari 2016 menjadi Rp 14,5 triliun. Seacra lebih detail, jumlah itu berasal dari pertumbuhan pengguna smartphone, yang pada akhir 2017 Indosat memiliki 73 juta pengguna smartphone. Dengan peroleh itu, kontribusi pendapatan data seluler sekitar 60 persen dari total pendapatan seluler.
“Awalnya, dengan berbagai tantangan industri yang amat kompetitif, kami memprediksi bahwa perusahaan akan sulit tumbuh,” kata Joy Wahjudi dalam keterangan resmi yang diterima Katadata, Kamis (29/3/2018). “Namun dengan berbagai inisiatif dalam meningkatkan efisiensi operasional, fokus terhadap strategi, transformasi bisnis dan organisasi, serta marketing produk yang agresif telah memberikan hasil menjanjikan.”
Joy menambahkan bahwa pertumbuhan Indosat juga ditopang oleh efisiensi beban keuangan. Total utang dari pinjaman bank dan obligasi pada 2017 menurun 3,3 persen atau berkurang Rp 660,2 miliar dibanding tahun sebelumnya. Salah satunya dipengaruhi oleh tingkat bunga yang menurun sekitar 0,36 persen poin.
Jika dipilah, porsi utang dalam denominasi dolar Amerika Serikat turun 49,9 persen dari US$ 180,1 juta (12,1 persen dari total utang) menjadi US$ 90,3 juta (6,3 persen dari total utang). “Dengan hal ini Indosat Ooredoo berhasil mengurangi pengaruh fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah,” ujarnya.
Dalam hal pembiayaan perusahaan, Indosat mengeluarkan surat utang berharga pada awal November 2017. Indosat selesai menerbitkan Obligasi dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan Indosat II tahap II dengan dana penerbitan Rp 3,42 triliun. (Baca pula: Telkomsel dan Indosat Beri Bonus Kuota bagi Pendaftar Kartu Prabayar)
Sementara untuk mendukung ekspansi dan strategi ke depan, Indosat akan menambah jumlah BTS dan meningkatkan layanan kepada pelanggan. Pada tahun lalu Indosat telah membangun 4.874 BTS baru. Sebanyak 51 persen merupakan BTS 4G untuk menunjang pertumbuhan penggunaan data yang sangat tinggi. Total jumlah BTS Indosat Ooredoo pada akhir 2017 adalah 61.357 buah. Adapun jumlah pelanggan, hingga akhir tahun lalu mencapai 110,2 juta orang, meningkat 24,5 juta pelanggan dibandingkan dengan 2016.
Joy mengatakan, Indosat serius berekspansi terutama di luar Jawa. Hal itu ditunjukkan dengan penambahan investasi dan belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar Rp 8 triliun untuk 2018. Peningkatkan Capex ini, kata Joy, merupakan wujud keseriusan perusahaan untuk mengeksekusi strategi perusahaan dalam meningkatkan kualitas jaringan, terutama di luar Jawa.
Lebih jauh, Joy menambahakan bahwa penambahan nilai investasi ini akan semakin efektif dengan keberhasilan Indosat menjadi salah satu pemenang lelang frekuensi 2.1 GHz yang diharapkan dapat mendukung peningkatkan kualitas layanan. Indosat Ooredoo berhasil menjadi salah satu pemenang dalam tender USO melalui pembangunan 119 BTS USO di berbagai daerah terpencil di tujuh provinsi.