Tertekan Persaingan, Laba Bersih Divisi Otomotif Astra Turun 3%
Persaingan industri otomotif dan pelemahan daya beli ditengarai sebagai penyebab tertekannya kinerja grup otomotif PT Astra International Tbk (ASII) pada tahun lalu. Penurunan volume penjualan kendaraan disertai dengan meningkatnya beban menyebabkan laba bersih divisi otomotif Astra pada 2017 mencapai Rp 8,9 triliun atau merosot 3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kendati bisnis komponen otomotif mampu membukukan kenaikan laba bersih 32% menjadi Rp551 miliar yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari meningkatnya kinerja replacement market dan penjualan ekspor nyatanya juga belum mampu mengimbangi penurunan penjualan kendaraan.
Dari keterangan resmi yang dipubliksikan perseroan, Selasa (26/2) menyebutkan sepanjang tahun lalu Astra masih menghadapi kondisi yang menantang di sektor otomotif. Pelemahan daya beli dan penjualan kendaraan nasional yang hanya mampu bergerak tipis di kisaran 1,1 juta unit menyebabkan persaingan antara produsen kendaraan menjadi kian ketat hingga perang diskon pun tak terhindarkan.
(Baca : Astra Umumkan Investasi US$ 150 Juta untuk Go-Jek)
Akibat kondisi tersebut, penjualan kendaraan roda empat Astra turun 2% menjadi 579.000 unit dengan penurunan pangsa pasar sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 54% dari yang sebelumnya sebesar 55%. Strategi peluncuran 11 model baru dan 11 model revamped belum mampu berkontrubusi signifikan terhadap peningkatan penjualan kendaraan perseroan.
Sedangkan untuk kendaraan roda dua Astra lewat PT Astra Honda Motor (AHM) bernasib lebih baik, dimana volume penjualan kendaran mencapai 4,4 juta unit dengan peningkatan pangsa pasar menjadi 75% dari sebelumnya 74%, kendati pasar sepeda motor dalam negeri turun 1% menjadi 5,9 juta unit.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menilai persaingan di pasar otomotif akan terus meningkat ke depan. “Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat," ujar Prijono.
Secara keseluruhan, Astra mencatat kenaikan pendapatan bersih sebesar 14% pada 2017 menjadi Rp 206 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 181 triliun. Kenaikan pendapatan terjadi hampir di seluruh lini bisnis perusahaan.
(Baca juga: "Jalan Belakang" Temasek Mencengkeram Ekonomi Digital Indonesia)
Sementara di sisi laba bersih, perseroan juga membukukan kenaikan sebesar 25% menjadi Rp 18,9% dibanding periode tahun sebelumnya sebesar Rp 15,1 triliun. Perbaikan harga komoditas yang disertai dengan peningkatan profitabilitas divisi usaha jasa keuangan mendorong pertumbuhan laba bersih perseroan sepanjang tahun lalu.
Laba bersih segmen bisnis jasa keuangan mampu mencatat kenaikan sebesar 376% menjadi Rpn 3,75 triliun dari Rp789 miliar pada tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya profitabilitas Bank Permata serta kenaikan kontribusi PT Astra Sedaya Finance (ASF), PT Federal International Finance (FIF) dan PT Asuransi Astra Buana (AAB). Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp748 miliar pada tahun lalu, membaik dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp6,5 triliun yang sempat dicatatkan pada 2016.
Peningkatan profitabilitas Bank Permata sebagian besar terdorong oleh peningkatan kualitas aset, pertumbuhan kredit di semester kedua 2017 dan perbaikan kinerja kredit bermasalah.
Sementara di segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi mencatat peningkatan kontribusi laba bersih sebesar 47% menjadi Rp4,5 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 48% menjadi Rp7,4 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga batu bara yang naik signifikan sehingga meningkatkan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan serta kegiatan pertambangan.
Sementara di segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu juga mengalami peningkatan sebesar 74% menjadi 3.788 unit, dimana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat.
Lini usaha properti grup Astra juga mengalami peningkatan 101% menjadi Rp223 miliar yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan laba dari proyek Anandamaya Residences. Proyek tersebut dan juga Menara Astra direncanakan selesai pada
tahun 2018.
Adapun laba divisi agribisnis tidak mengalami perubahan yaitu sebesar Rp1,6 trilliun. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp2,0 triliun yang terdorong oleh peningkatan harg minya sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Sementara segmen teknologi informasi juga mencatat kenaikan laba bersih 1% menjadi Rp198 miliar. PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih yang sedikit naik menjadi sebesar Rp257 miliar, terutama disebabkan oleh perolehan pendapatan yang lebih tinggi dari bisnis jasa layanan perkantoran.
Sedangkan segmen bisnis infrastruktur dan logistik grup Astra masih mencatat kerugian bersih sebesar Rp231 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp263 miliar pada 2016 yang sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol baru Cikopo Palimanan sepanjang 116,8km, yang 45% sahamnya diakuisisi Grup awal tahun 2017, serta kerugian atas divestasi PT PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih, yang sebelumnya dimiliki Grup sebesar 49% dan memiliki sisa waktu pengoperasian 5 tahun lagi.