Kemenperin Proyeksikan Industri 2018 Tumbuh 5,67%
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada 2018 sebesar 5,67%. Proyeksi ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 yang diperkirakan sebesar 5,4%.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, angka itu akan didorong dari berbagai subsektor industri, seperti logam dasar, makanan dan minuman, elektronika, alat angkut, mesin dan perlengkapan, serta kimia dan farmasi. Pasalnya, keenam subsektor tersebut memiliki kontribusi paling besar dalam menopang pertumbuhan industri nasional.
Airlangga mengatakan, pada kuartal III/2017, pertumbuhan industri logam dasar mencapai 10,6%, alat angkut 5,63%, makanan dan minuman sebesar 9,49%. Kemudian, pertumbuhan industri mesin dan alat perlengkapan sebesar 6,35%, serta kimia dan farmasi di atas 8%.
"Ini adalah sektor yang pertumbuhan ekonominya tinggi dan ini sektor yang akan mengangkat pertumbuhan dunia," kata Airlangga di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (11/12).
(Baca: 3 Tahun Jokowi, Menperin: Kontribusi Manufaktur Tertinggi ke-4 Dunia)
Menurut Airlangga, angka ini juga akan didorong melalui rencana aksi yang dilakukan dengan penyediaan sumber daya alam berbasis bahan baku dan energi untuk pembangunan industri dalam negeri. Kemudian, peningkatan kemampuan teknologi industri untuk mendorong peningkatan mutu, efisiensi, dan produktivitas serta peran sektor keuangan pada pembiayaan industri.
Selain itu, rencana aksi juga akan dilakukan dengan pemanfaatan global value chain oleh industri nasional di subsektor otomotif, elektronik, serta makanan dan minuman. Menurut Airlangga, nantinya ketiga subsektor tersebut akan dikembangkan lebih dahulu di wilayah regional Asia Tenggara.
"Kami tidak hanya melihat perdagangan internasional sebatas dari regulatory atau free trade, tapi kami lihat regional value chain, di mana industri Indonesia juga sudah keluar melakukan investasi," kata Airlangga.
(Baca: Indonesia – Korea Selatan Kerja Sama Kembangkan 9 Sektor Industri)
Airlangga juga akan menerapkan NTM untuk produk yang berpotensi lebih efisien diciptakan di dalam negeri (substitusi impor), perluasan pasar domestik dan ekspor produk-produk industri. Kemudian, menguatkan dukungan pemerintah daerah dalam pembangunan industri yang menjadi potensi daerah, serta mengetahui dampak pergeseran pola konsumsi masyarakat terhadap industri.
Kemenperin akan menjalankan enam program untuk mencapai target akselerasi pertumbuhan industri. Salah satu program tersebut dengan melakukan penguatan sumber daya manusia industri melalui program Link and Match.
"Kemenperin mendorong melalui link and match, hampir semua perusahaan nasional dan multi nasional voluntary bersemangat untuk ikut," kata Airlangga.
Program lainnya dengan melakukan pendalaman struktur lewat penguatan nilai rantai industri, pengembangan industri padat karya dan orientasi ekspor, pengembangan industri kecil dan menengah melalui platform digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, dan pengembangan wilayah industri.
"Berbagai rencana aksi dan program prioritas tersebut harus segera diimplementasikan pelaksanaannya agar Indonesia tidak kehiangan momentum untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan," kata Airlangga.
(Baca juga: Menperin Bujuk Lotte untuk Percepat Investasi Kimia)
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong kesiapan teknologi industri nasional. Hal ini dilakukan agar daya saing industri nasional meningkat di ranah global.
Karenanya, Airlangga menyebut pemerintah akan memberikan insentif pajak sebesar 200% bagi industri nasional yang memberikan pelatihan vokasi. Selain itu, insentif pajak sebesar 300% akan diberikan bagi industri nasional yang mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia.
"Kami siapkan dokumen agar bisa bersaing dalam bentuk regulasi. Kalau ini dilakukan saya yakin daya saing meningkat," kata Airlangga.