Ekonom dan Bankir: E-Commerce Bukan Penyebab Utama Retail Lemah
Berkembangnya bisnis e-commerce disebut-sebut sebagai penyebab lemahnya penjualan perusahaan retail konvensional. Namun, ekonom dan bankir menyatakan porsi penjualan e-commerce terhadap total penjualan retail belum terlalu besar, maka dampaknya seharusnya tidak besar.
“Share masih besar konvensional, growth (pertumbuhan e-commerce) kencang, tapi share belum tinggi. Share rendah,” kata Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual kepada Katadata, beberapa waktu lalu. (Baca juga: Penjualan Unilever dan Mayora Semester I Melemah, Indofood Stagnan)
Lebih jauh, David mengatakan, pertumbuhan transaksi e-commerce juga tercatat melambat. Di BCA, pada kuartal II lalu, pertumbuhannya kurang dari 20% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Dulu bisa ratusan, bahkan ribuan persen. Terakhir di bawah 100%, 90%, terus turun. Sekarang naik tapi tidak banyak, di bawah 20% dibanding kuartal sama (tahun lalu),” ucapnya. Ia meyakini, bank-bank besar lainnya yang memfasilitasi transaksi e-commerce juga menemukan fenomena yang kurang lebih sama.
Atas dasar itu, ia menilai penyebab lemahnya kinerja penjualan perusahaan retail konvensional lebih dari sekadar pergeseran pola belanja masyarakat ke online. Apalagi, data penjualan juga menurun untuk barang tahan lama (durable goods) seperti motor dan mobil, demikian juga penjualan semen dan listrik. (Baca juga: Kinerja Bank Kecil Terpukul Lesunya Perdagangan dan Daya Beli)
Ia menduga lemahnya penjualan memang terkait daya beli. Namun, “Sulit untuk mengetahui persoalannya kenapa (daya beli terganggu), (apakah) karena kebijakan pemerintah, faktor pajak, politik keamanan. Harus tanya ke konsumen,” ucapnya. (Baca juga: Ekonom: Daya Beli Stagnan Gara-gara Pemerintah Buat Gaduh)
Hal senada disampaikan Direktur Konsumer BCA Henri Koenaifi. Menurut dia, pengaruh e-commerce terhadap penjualan retail konvensional semestinya tidak terlalu besar. “Ada pengaruh ke penjualan konvensional tapi tidak sangat besar,” ujarnya. Hal itu lantaran share nominal transaksi e-commerce terhadap total transaksi retail diperkirakan baru berkisar 2-3%.
Adapun, pertumbuhan transaksi e-commerce di BCA tercatat naik double digit. Namun, pertumbuhannya bisa saja lebih tinggi lantaran banyak juga transaksi e-commerce yang tidak terpantau. “Selain yang resmi ada juga yang jual via media sosial yang tidak bisa dideteksi,” kata dia.