Peluang Ekspor Kayu Ringan Indonesia Makin Besar ke Eropa
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan pemerintah Jerman untuk meningkatkan ekspor kayu ringan dari produsen Indonesia. Dalam Trade Expo Indonesia 2016 hari ketiga, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) dan Import Promotion Desk (IPD) Jerman menandatangani dua kesepakatan (MoU) tentang Strategy Paper on lIghtweight Timber Indonesia dan Service Agreement on Interzum 2017.
Direktur Jenderal PEN Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan dua komitmen tersebut mempunyai tujuan berbeda. Strategy Paper berfokus kepada langkah untuk mempromosikan kayu ringan Indonesia ke Eropa. Sedangkan Service Agreement terkait partisipasi Indonesia dalam pameran Interzum 2017 di Koln, Jerman pada 16 - 19 Mei 2017.
Pada pameran itu, direncanakan ada enam perusahaan Indonesia yang memamerkan produk kayu ringan dan mempromosikan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK). “Kerja sama ini sebagai upaya meningkatkan ekspor produk kayu ringan Indonesia, khususnya ke Eropa,” kata Arlinda, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2016. (Baca juga: Pertanian Penyumbang Tertinggi Indeks Harga Perdagangan Besar).
Menurut dia, kedua perjanjian ini merupakan turunan dari “Statements of Cooperation on Trade Promotion” antara Direktorat PEN dan IPD yang ditandatangani pada Trade Expo ke-29 pada 2014. Realisasi kerja sama juga didorong oleh kesuksesan tiga eksportir Indonesia pada pameran Interzum 2015. Kerja sama ini juga dilatarbelakangi hasil positif yang diperoleh lima eksportir Indonesia saat study tour ke Jerman pada Juni 2016.
Apalagi, IPD menganggap bahwa Indonesia merupakan salah satu negara terdepan dalam hal produksi dan ekspor kayu lapis dan blackboard. Oleh karena itu, IPD memandang Indonesia memiliki peluang sangat besar untuk menjadi negara perintis penciptaan dan pengekspor kayu ringan inovatif ke pasar Eropa.
“Para pelaku usaha industri kayu Indonesia dapat segera mengambil langkah-langkah strategis dalam hal pemasaran dan branding serta mengambil keuntungan dari nilai tambah yang dihasilkan sektor ini,” kata Arlinda. (Baca juga: Tiga Sektor Bisnis yang Diramal Paling Cemerlang Tahun Ini).
Pasar Eropa sangat menjanjikan untuk produk kayu ringan karena permintaannya terus meningkat. Masyarakat Eropa banyak memanfaatkan kayu ringan pada industri karavan, otomotif, dan perkakas dapur.
Lebih jauh lai, masyarakat Eropa mulai mementingkan produk bernilai tambah dan berkelanjutan. Kerja sama ini akan menjadi kesempatan meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang bukan hanya memasok produk kayu keras yang biasa digunakan untuk furnitur luar ruang, juga sebagai pemasok produk kayu yang inovatif dan berkelanjutan.
Sifat kayu ringan seperti Albazia dan Jabon yang sangat cepat tumbuh tapi dianggap tidak bernilai ekonomis tinggi untuk dijadikan bahan bangunan, membuat petani skala kecil di Indonesia bisa mendapat manfaat besar dari kerja sama ini. Pohon-pohon ini mudah tumbuh di pekarangan sehingga para petani kecil dapat memanfaatkannya tanpa merusak lingkungan.
Sebagai informasi, IPD Jerman telah membawa rombongan misi pembelian kayu ringan yang terdiri dari 10 importir Eropa ke Indonesia pada 9 - 14 Oktober 2016. Dari kunjungan ini, diperoleh potensi transaksi US$ 2,88 juta atau sekitar Rp 37,5 miliar. (Lihat pula: Surplus Dagang Juli US$ 598 Juta, Kinerja Ekspor-Impor Kian Lemah).
Romobongan delegasi juga telah melakukan lawatan dan pertemuan bisnis ke delapan perusahaan kayu ringan inovatif yang berlokasi di Medan, Semarang, dan Surabaya pada 10 - 13 Oktober 2016. Mereka pun mengunjungi Trade Expo hari ini.