Harga Barang di Indonesia Timur Sudah Turun Berkat Tol Laut
KATADATA - Pemerintah memastikan proram Tol Laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak kampanye pemilihan presiden 2014 lalu, sudah berjalan. Dampaknya pun sudah terlihat dari turunnya harga barang-barang di daerah Timur Indonesia.
Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan Tol Laut ini merupakan salah satu kunci dalam program Nawacita yang diusung Jokowi untuk mengurangi disparitas harga di seluruh Indonesia. Khususnya agar harga barang di Indonesia Timur bisa sama dengan di Jawa.
Dia mengaku sejak diundang Jonan meluncurkan tiga rute perdana Tol Laut sekitar empat bulan lalu, hasilnya saat ini sudah mulai terlihat. Harga-harga barang di Indonesia Timur sudah mengalami penurunan. Harga besi baja turun 6 persen, kedelai 14 persen, minyak goreng 21 persen, dan harga daging ayam turun sampai 35 persen.
"jadi penghematan-penghematan ongkos angkut berkat Tol Laut ini sudah mulai kelihatan pada harga-harga barang pangan, terutama di wilayah papua," ujar Tom Lembong usai Rapat Terbatas (ratas) mengenai kelanjutan Tol Laut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (29/3). (Baca: Presiden: Masa Depan Indonesia Ada di Timur)
Mengenai program Tol Laut ini Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan selain berkurangnya disparitas harga, Program Tol Laut yang sudah berjalan sejak tahun lalu ini bisa memberikan tambahan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor kelautan. Pada 2014, PNBP yang berhasil diperoleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut hanya Rp 806 miliar. Kemudian meningkat hingga dua kali lipat menjadi Rp 1,6 triliun pada tahun lalu. Tahun ini dia berharap pertumbuhannya bisa lebih tinggi lagi.
Tahun lalu Kementerian Perhubungan telah membangun 35 pelabuhan. Tahun ini rencananya akan ada 56 pelabuhan lagi yang akan dibangun. Jadi totalnya dalam dua tahun ini mencapai 91 pelabuhan. Untuk mendukung program Tol Laut, Kementerian Perhubungan juga sudah memesan 100 kapal, termasuk kapal perintis dan kapal navigasi. Rute untuk kapal perintis pun ditambah, dari tahun lalu sebanyak 86 trayek menjadi 96 trayek tahun ini.
Tahun depan kembali bertambah menjadi 106 trayek. “Kok bertambahnya (hanya) 10? Saya inginnya tambah 50 rute per tahun, tapi kan kapalnya enggak ada. Makanya bertahap,” kata Jonan. (Baca: Trio Pelindo Bangun dan Kelola Lima Pelabuhan)
Setiap penambahan rute kapal ini difokuskan untuk wilayah timur Indonesia. Sehingga akan banyak pelayaran yang berjalan di wilayah tersebut. Jadi, kata Jonan, jika Indonesia dibagi antara Timur dan Barat, sekitar 65 persen trayek yang baru dikembangkan di wilayah timur. Sisanya 35 persen lagi untuk wilayah barat.
Menteri Koordinator Bidang Maritim Rizal Ramli mengatakan esensi dari program Tol Laut adalah adanya pelayaran berjadwal atau regular shipping, khususnya di Indonesia Timur. Menurutnya biaya untuk pelayaran berjadwal ini hanya setengah dari biaya untuk membangun pelabuhan baru. (Baca: Gandeng ADB, Bappenas akan Evaluasi Program Tol Laut)
Konsep ini sebenarnya sudah pernah dilakukan di Indonesia, tapi kemudian dihapuskan. Saat ini pemerintah ingin kembali mengaktifkan pelayaran berjadwal ini. Sehingga yang diuntungkan Singapura jadi pusat transshipment. Pelayaran berjadwal bisa memberi kepastian usaha. Sehingga juga biaya kirim barang ke Indonesia Timur bisa turun.
“Itu penting sekali, karena buat pengusaha yang penting jadwalnya teratur. Karena untuk biaya, mereka sebetulnya enggak masalah mahal,” ujarnya. (Baca: 6 Langkah Pemerintah Untuk Kurangi Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan)
Pemerintah juga telah menunjuk PT Pelni (Persero) untuk menjadi operator untuk pelayaran berjadwal ini. Sementara Kementerian Perdagangan bertugas untuk memastikan agar pedagang bisa memanfaatkan Tol Laut untuk mendistribusikan produk ke seluruh Indonesia. “Memang yang dibutuhkan pedagang dan pengusaha adalah kepastian jadwal, bahwa pasti ada kapal yang berlayar,” ujar Menteri Perdagangan Thomas Lembong menambahkan.