Bekraf Usul Perusahan Perintis Dapat Keringanan Pajak
KATADATA – Pertumbuhan perusahaan perintis (start up) cukup cepat saat ini. Perlu dukungan pemerintah agar industri ini bisa semakin berkembang. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sedang mencari cara agar industri tersebut mendapatkan pendanaan.
Start up sangat sulit mencari pendanaan, karena risiko bisnisnya sangat besar. Apalagi perusahaan ini biasanya tidak memiliki aset. Salah satu peluang pendanaan yang bisa didapat adalah dari modal patungan atau venture capital. Butuh insentif sebagai dorongan agar modal ventura ini bisa tertarik mendanai startup.
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan pihaknya telah mengkaji insentif untuk start up yang mendapat dana dari modal ventura. Insentifnya berupa keringan pajak. Karena hal ini menyangkut penerimaan negara dan perpajakan, Bekraf harus mengusulkannya kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Satu atau dua bulan mendatang kami akan kirim (usulan keringanan pajak ini) ke Kemenkeu," kata Fadjar usai acara diskusi kewirausahaan yang digelar di Hotel Shangri-la, Jakarta, Kamis (24/3). (Baca: Pemerintah Siapkan 30 Insentif Bagi Pelaku E-commerce)
Fadjar menyambut baik langkah Otoritas Jasa Keuangan yang telah mengeluarkan empat aturan yang mendukung berkembangnya modal ventura di Indonesia. Kemudian langkah untuk mendorong start up yang modalnya di bawah Rp 5 miliar untuk melakukan penawaran umum perdana sahamnya (Initial public offering/IPO) dengan membuat papan perdagangan khusus. Dengan begitu, modal ventura bisa diarahkan untuk bisa membiayai bisnis startup.
Selain itu Fadjar juga sedang membuka kemungkinan dana-dana jangka panjang juga dapat digunakan untuk membiayai startup. "Kami juga ingin mengusulkan lembaga yang mengurus bukan hanya pinjaman, namun penyertaan," ujarnya. (Baca: Bank Dunia: Manfaat Teknologi Digital di Indonesia Masih Timpang)
Pencarian dana bagi startup dan e-commerce menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini. Saat berkunjung ke Amerika Serikat pada Oktober tahun lalu, Presiden Joko Widodo sempat merencanakan bertemu dengan beberapa perusahaan modal ventura besar seperti Sequoia Capital. Perusahaan ini akan dipertemukan dengan pengusaha start up di Indonesia, seperti Nadiem Makarim (Go-Jek), Ferry Unardi (Traveloka), Andrew Darwis (Kaskus), William Tanuwijaya (Tokopedia), dan Emirsyah Satar (MatahariMall).
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, kelima perusahaan start up ini berpeluang menjadi unicorn dalam dunia teknologi informasi. Unicorn dalam hal ini adalah perusahaan teknologi informasi dengan kapitalisasi pasar US$ 1 miliar ke atas atau sekitar Rp 13,5 triliun. Jadi, dalam pertemuan itu, "akan fokus arah pembicaraannya ke situ (pembiayaan perusahaan-perusahaan startup)," kata Rudiantara.
Dia berharap, dengan pendanaan dari modal ventura asing, tahun depan akan ada dua unicorn dalam bisnis perdagangan dan jasa secara elektronik atau e-commerce. Lebih jauh lagi, jumlahnya akan meningkat menjadi sepuluh unicorn pada 2020. (Baca: Dunia Digital yang Mengubah Model Bisnis di Indonesia)