Pengusaha Bidik Relokasi Manufaktur AS dari Tiongkok Efek Corona
Pandemi corona membuat sejumlah perusahaan AS berencana merelokasi pabrik manufaktur dari Tiongkok. Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia pun berharap pemerintah dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan mempersiapkan sejumlah insentif.
"AS sudah mengatakan akan relokasi dari Tiongkok, itu yang paling besar dan kami juga sudah mau lihat sampai sejauh mana perusahaan AS mau relokasi sehingga kita bisa ambil manfaatnya," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani kepada Katadata.co.id, Jumat (8/5).
Shinta belum dapat memastikan berapa nilai investasi yang akan didapatkan bila perusahaan AS mau merelokasi pabrik di Tanah Air. Namun, menurut dia, jika pabrik-pabrik tersebut memindahkan investasi ke Indonesia, maka akan sangat membantu proses pemulihan ekonomi di dalam negeri yang terpukul akibat pandemi corona.
Ketergantungan impor bahan baku dari Tiongkok juga dapat menurun jika relokasi investasi ke Tanah Air itu terealisasi. "Investasi itu benar-benar harus ditarik, diberikan insentif maksimal untuk yang mau investasi di Indonesia. Peluang relokasi ada tergantung iklim investasi kita untuk menarik investor," kata dia.
(Baca: Terpukul Efek Corona, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Anjlok jadi 2,97%)
Senada, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut sejumlah negara yang saat ini menjadikan Tiongkok sebagai basis produksi mulai ancang-ancang memindahkan sebagian bisnisnya ke negara lain. Hal ini dapat dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan investasi di dalam negeri.
"Pandemi ini menjadi pelajaran penting. Saat ini banyak produksi terkonsentrasi di China. Ketika China kena pandemi, collapse semuanya. Maka yang terjadi setelah ini, orang akan mulai memindahkan basis produksinya, mendifersifikasi ke banyak negara," ujar Chatib dalam diskusi Krisis Covid-19 & 'New Normal' Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan Katadata.co.id, Jumat (8/5).
(Baca: Sri Mulyani Waspadai Aktivitas Manufaktur RI Turun Terdalam di Asia)
Ia mencontohkan, Indonesia pernah berhasil mendapatkan investasi besar dari Toyota saat dirinya menjabat sebagai Kepala BKPM. Keberhasilan ini sebenarnya disebabkan oleh kondisi banjir di Thailand sehingga manufaktur asal Jepang tersebut perlu memindahkan sebagian produksinya.
"Apakah karena kita hebat pada waktu itu? Bukan, tapi karena Toyota harus mendifersifikasi basis produksinya. Ini juga yang bisa terjadi saat ini, akan banyak investasi mengalir keluar Tiongkok," kata dia.
Namun, ia menegaskan negara yang akan mendapat relokasi investasi dari Tiongkok adalah negara yang memiliki iklim investasi yang paling baik.