Permintaan Global Lesu Tekan Ekspor Minyak Sawit Hingga April
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) mencatat penurunan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk sawait turunannya. Pada April 2020 mencapai 2,6 juta ton, turun 2,82% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,72 juta ton serta anjlok hingga 12% dalam empat bulan pertama 2020.
"Ekspor minyak sawit pada bulan April dibandingkan dengan bulan Maret 2020 menurun 77 ribu ton, 44 ribu ton dari refined palm oil dan 33 ribu ton dari CPO," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam siaran pers yang dikutip Selasa (6/9).
Secara kumulatif, ekspor CPO dan turunannya sepanjang Januari-April 2020 sebesar 10,3 juta ton. Angka tersebut lebih rendah 12,1% dibandingkan ekspor Januari April 2019. Namun secara nilai, ekspor Januari- April tahun ini 9,4% lebih tinggi, yaitu US$ 6,96 miliar dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 6,37 miliar.
(Baca: Ekspor CPO Februari 2020 Turun 38,4% Terdampak Pandemi Corona)
Khusus pada April, total ekspor CPO mencapai sebesar 611 ribu ton. Sementara, ekspor olahan CPO mencapai 1,5 juta ton, ekspor laurik (PKO dan olahan PKO) 129 ribu ton, dan oleokimia 311 ribu ton.
Berdasarkan negara tujuannya, penurunan ekspor terbesar per April terjadi ke Bangladesh sebesar 118 ribu ton, diikuti Afrika 62 ribu ton dan Timur Tengah 56 ribu ton dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, ekspor ke Pakistan naik 100% menjadi 201 ribu ton disebabkan impor yang sangat rendah pada bulan Maret.
Ekspor ke Tiongkok naik 37% secara bulanan menjadi 417 ribu ton. Namun, angka tersebut masih jauh lebih rendah dari ekspor ke Tiongkok pada April 2019 yang mencapai 730 ribu ton.
Sedangkan ekspor ke India dan Uni Eropa juga menunjukkan sedikit kenaikan secara bulanan. "Tren yang positif ini diperkirakan akan berjalan terus dengan semakin meredanya pandemi Covid-19" ujar dia.
Produksi CPO
Gapki juga mencatat, produksi CPO dan turunannya mencapai 15,03 juta ton sejak Januari hingga April 2020. Produksi CPO lebih rendah 12% dibandingkan periode Januari-April 2019 sebesar 17,2 juta ton.
Mukti mengatakan, produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu. Oleh karena itu, dia berharap, peningkatan produksi pada April bisa menjadi titik awal fase kenaikan produksi musiman tahun ini.
Sedangkan terkait konsumsi dalam negeri, Gapki mencatat pada Januari-April 2020 konsumsi mencapai 5,93 juta ton, lebih tinggi 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya implementasi B30.
(Baca: Penyerapan Biodiesel Hanya 90,4% dari Target Karena Pandemi Corona)
Secara bulanan, konsumsi dalam negeri sebesar 1,4 juta ton atau lebih rendah 6,5% dari Maret sebesar 1,49 juta ton. Penurunan secara bulanan disebabkan oleh menurunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113 ribu ton akibat berkurangnya mobilitas masyarakat.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diduga menyebabkan konsumsi untuk keperluan pangan naik 4 ribu ton secara bulanan menjadi 725 ribu ton. Sedangkan, konsumsi oleokimia naik 11 ribu ton secara bulanan, menjadi 115 ribu ton yang seiring meningkatnya pemakaian hand sanitizer dan sabun.
"Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB karena protokol Covid-19 masih tetap diterapkan," kata Mukti.