Permintaan Meningkat Selama Corona, Ekspor Rempah RI Naik 19,28%
Pandemi corona telah mendorong permintaan produk rempah asal Indonesia. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat ekspor rempah Indonesia pada Januari hingga April 2020 mencapai US$ 218,69 juta atau naik 19,28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Walau posisi sulit, potensi (ekspor) ada dan ini keinginan kita bersama untuk meningkatkan rempah ke pasar dunia ," kata Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita dalam diskusi perdagangan virtual, Kamis (25/6).
Padahal, bila dibandingkan dengan tren ekspor rempah Indonesia pada periode 2015-2019, terdapat penurunan 7,90%. Sementara, nilai ekspor rempah pada 2019 sebesar US$ 643,42 juta atau meningkat 2,84% dibandingkan 2018.
(Baca: Kemendag Perkuat Strategi Penetrasi Pasar Ekspor Lada)
Pada periode Januari-April 2020, rempah yang paling banyak diekspor antara lain yakni lada piper (utuh) sebesar US$ 40,88 juta atau 18,7% dari total ekspor rempah, cengkeh (utuh) US$ 37,26 juta (17,04%), pala (utuh) US$ 26,47 juta (12,11%), dan bubuk kayumanis US$ 25,38 juta (11,61%),
Kemudian, ekspor mace sebesar US$ 18,67 juta (8,54%), vanilla US$ 16,67 juta, kayumanis (utuh) dengan nilai US$ 12,97 juta (5,93%), kayumanis US$ 11,54 juta (5,28%), kapulaga US$ 7,67 juta (3,51%), bubuk pala US$ 7,04 juta (3,22%), mace bubuk US$ 3,9 juta (1,83%), dan rempah lainnya.
Untuk meningkatkan ekspor rempah, pemerintah berupaya mendorong penetrasi ekspor ke negara non tradisional seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan. Selain itu, rempah Tanah Air juga potensial diekspor ke Bosnia dan Eropa Timur.
"Yang lain negara yang sudah punya perjanjian perdagangan, seperti Mozambik dan Australia," ujar dia.
(Baca: Jokowi Minta Petani Perluas Pilihan Tanam Komoditas Pertanian)
Upaya peningkatan perdagangan dilakukan melalui pengembangan sertifikasi produk dan peningkatan food safety dari tingkat petani. Sehingga, produk rempah harus dipastikan dahulu terbebas dari Salmonella dan Aflatoksin.
Selain itu, lanjut Olvy, Indonesia perrlu mengembangkan rempah organik. Sebab, rempah jenis tersebut tengah diminati oleh pasar Eropa.Indonesia perlu meningkatkan promosi produk rempah yang belum dikenal, seperti kunci dan temulawak.
"Selain itu ekspornya tidak hanya produk mentah, tapi turunannya juga," katanya.