Daya Beli Pulih, Industri Makanan & Minuman Kuartal III Bisa Tumbuh 1%
Industri makanan dan minuman diprediksi tumbuh 1% pada triwulan III. Pertumbuhan kinerja tersebut sejalan dengan adanya perbaikan daya beli, antara lain lewat pencairan gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) dan kucuran stimulus pemerintah lainnya.
Ini artinya, perkiraan tersebut lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan triwulan II 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, industri makanan dan minuman tumbuh tipis 0,22% secara tahunan. Adapun, pertumbuhan industri ini sebesar 1,87% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
"Saya yakin pertumbuhan industri makanan dan minuman bisa terus meningkat di triwulan III," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (6/8).
Hal ini menurutnya tercermin dari Purchasing Manager's Index (PMI) industri makanan dan minuman yang terus meningkat.
Adapun sepanjang tahun, industri makanan dan minuman diperkirakan tumbuh pada kisaran 1-2% terdorong berbagai kebijakan dan stimulus yang digelontorkan pemerintah.
Menurutnya, pemerintah telah berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat melalui pemberian gaji ke-13 kepada PNS maupun memberi bantuan sosial kepada masyarakat kelas menengah ke bawah.
Kemudian, ada insentif untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Terbaru, pemerintah juga meluncurkan stimulus Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta.
Dengan langkah pemerintah tersebut, dia berharap dapat memperkuat perekonomian pada triwulan III dan IV tahun ini dan meningkatkan konsumsi, khsusunya produknya makanan minuman.
Ekspor Makanan Minuman
Dari sisi ekspor, industri makanan dan minuman mampu mempertahankan kinerjanya selama Juni lalu. Hal ini dinilai menjadi indikator positif lantaran ekspor industri makanan dan minuman tidak mengalami penurunan pada tahun ini.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, periode Januari-Mei 2020, produk ekspor makanan dan minuman Indonesia yang diminati pasar dunia mencakup olahan makanan, olahan udang, olahan ikan, olahan kepiting, dan pasta.
Indonesia merupakan negara pemasok peringkat ke-22 untuk ekspor makanan dan minuman ke dunia, dengan pangsa pasar sebesar 1,28%.
Negara tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Singapura, dan China. Adapun, negara tujuan ekspor yang mengalami pertumbuhan ekspor positif pada Januari-Mei 2020 di antaranya Kamboja (193,34%), Puerto Riko (185,44%), Uni Emirat Arab (37,21%), Jerman (44,30%), dan Myanmar (17,57 %).
Kementerian Perdagangan atau Kemendag tangah mencari pangsa pasar baru untuk meningkatkan ekspor makanan dan minuman. Sebab, ekspor ke pasar utama di Amerika Serikat dan Tiongkok turun akibat pandemi corona.
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan mengatakan pihaknya tengah menjajaki pasar nontradisional agar ekspor makanan dan minuman tetap tumbuh. "Kemendag akan membidik peluang baru melalui ekstensifikasi negara tujuan ekspor ke negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan termasuk Eropa," ujar Kasan melalui siaran pers, Jumat (5/6).
Untuk menyukseskan program tersebut, Kemendag menggandeng pihak swasta yang berpengalaman menjadi pemain global makanan dan minuman. Salah satu pihak yang diajak kerja sama yakni PT Mayora Indah Tbk.
Mayora merupakan salah satu eksportir terbesar di Tanah Air yang memiliki lebih dari 80 jaringan distributor utama secara global dan mengekspor produk ke lebih dari 100 negara. Pada Februari 2020, perusahaan itu telah mengekspor lebih dari 250 ribu kontainer makanan dan minuman olahan ke berbagai negara.