Lockdown & Kontraksi Permintaan Dunia, Ekspor Minyak Sawit Turun 11%
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat volume ekspor minyak sawit dan turunannya pada semester I 2020 sebesar 15,50 juta ton. Realisasi tersebut menurun 11,68% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar 17,55 juta ton seiring dengan melemahnya permintaan global.
Demikian pula jika dilihat secara tren bulanan, ekspor minyak sawit Indonesia selama paruh pertama 2020 juga tidak lebih tinggi dibandingkan capaian ekspor bulanan periode yang sama 2019.
"Hampir semua negara tujuan ekspor mengalami pelemahan, kontraksi permintaan akibat penguncian wilayah atau lockdown yang lebih dulu dilakukan sejak awal tahun," kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam sebuah webinar, Rabu (12/8).
Joko menuturkan, hampir seluruh negara utama tujuan ekspor minyak sawit mengalami penurunan permintaan bila dibandingkan semester I 2019. Namun, ekspor ke India masih mencatat peningkatan 23% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.
Hanya saja, kenaikan ini menurutnya bukan dikarenakan permintaannya meningkat, melainkan karena ekspor sawit pada 2019 yang lebih rendah dibandingkan 2018 diduga akibat kenaikan tarif impor sawit.
Selain itu, peningkatan ekspor juga terjadi ke Amerika Serikat dan Pakistan masing-masing sebesar 7% dan 1%. Selebihnya, ekspor ke berbagai negara lainnya menurun seperti penurunan ekspor ke Tiongkok 43%, Timur Tengah 18%, Uni Eropa 9%, Bangladesh 22% dan Afrika 11%.
Meski volume ekspor minyak sawit menurun, nilai ekspor minyak sawit mengalami peningkatan. Pada semester I, ekspor minyak sawit mencapai US$ 10,06 miliar atau meningkat sekitar 6,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor Turunan Sawit
Gapki juga mencatat, ekspor produk turunan sawit seperti oleokimia sepanjang semester I 2020 meningkat 24,4% dibandingkan periode yang sama 2019. Peningkatan ini dikarenakan adanya permintaan permintaan yang lebih tinggi untuk bahan baku sabun dan penyanitasi tangan selama pandemi Covid-19.
Ke depan, Joko belum bisa memperkirakan arah ekspor minyak sawit Indonesia. Sebab, pemulihan ekspor dan permintaan sangat bergantung pada temuan vaksin corona dan kebijakan tiap negara.
Seperti saat ini, kebijakan bekerja di rumah (work from home) ikut berdampak terhadap penurunan konsumsi minyak goreng di negara tujuan eskpor. "Pemulihan ekspor pasti terjadi tapi seberapa cepat dan signifikan dampak ke demand? Saya tidak bisa menyebutkan," ujar dia.
Berbeda dengan kondisi di dalam negeri, yang mana menurutnya mulai adanya peningkatan dibandingkan tahun lalu. Konsumsi minyak sawit sepanjang semester I mencapai 8,66 juta ton, naik 2,8% dibandingkan semester I tahun lalu sebesar 8,4 juta ton.
Meski begitu, konsumsi minyak sawit dalam negeri memang sempat menurun sejak Februari hingga Juni. Pada Juni, konsumsi domestik mencapai 1,33 juta ton. atau turun 3,62% dari Mei yang sebesar 1,38 juta ton.
Secara keseluruhan, konsumsi domestik meningkat lantaran kebutuhan sabun, disinfektan, dan penyanitasi tangan bertambah. Di sisi lain, implementasi biodiesel 30% (B30) juga turut berdampak positif terhadap penyerapan minyak sawit.
Hingga semester I 2020, pasar domestik berkontribusi 37% terhadap total penjualan minyak sawit. Dengan berbagai rencana pemerintah dalam pengembangan energi hijau, dia pun berharap nantinya kontribusi ekspor dan pasar domestik akan mencapai titik keseimbangan.