Ekspor Nonmigas Tahun Depan Ditargetkan Naik jadi US$ 180 Miliar
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan kinerja ekspor nonmigas 2021 mencapai US$ 180 miliar. Hal ini seiring dengan adanya vaksin Covid-19 yang tiba di Tanah Air sehingga penanganan pandemi diperkirakan lebih baik.
Secara kumulatif, ekspor Indonesia periode Januari–November 2020 mencapai US$ 146,78 miliar atau turun 4,22% dibanding periode yang sama tahun 2019 yaitu US$ 153,25 miliar. Ekspor kumulatif nonmigas mencapai US$ 139,49 miliar, menurun 2,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan asumsi ekspor nonmigas sepanjang 2020 yang menyisakan satu bulan bisa mencapai US$ 160 miliar, tahun depan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menargetkan kenaikan 12,5%.
"Target tahun depan untuk nonmigas adalah sekitar US$ 180 miliar," katanya dalam konferensi pers di Seoul, Korea Selatan, Jumat (18/12).
Vaksin Covid-19 tersebut dapat menjadi angin segar bagi pelaku usaha. Dengan demikian, kinerja ekspor akan lebih meningkat dibandingkan tahun ini.
Agus mengakui, ekspor nonmigas tahun ini cukup tertekan. Namun, neraca dagang Indonesia pada Januari-November masih mencatatkan surplus US$ 19,66 miliar.
Adapun, kinerja ekspor pada November mencatat kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada November mencapai US$ 15,28 miliar atau naik 6,36% dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan ekspor secara bulanan dipicu oleh ekspor nonmigas yang naik 5,56% dari US$ 13,75 miliar menjadi US$ 14,51 miliar. Ekspor migas bahkan melesat 24,26% dari US$ 613,4 juta menjadi US$ 762,2 juta.
Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh kenaikan volume dan harga sehingga nilai ekspornya melonjak 147,16% menjadi US$ 239,6 juta dan ekspor gas 12,97% menjadi US$ 455 juta. Sementara itu ekspor hasil minyak turun 40,57% menjadi US$ 67,6 juta.
Sebelumnya, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai tren pemulihan kinerja ekspor Indonesia mulai terindikasi sejak awal kuartal III tahun ini didukung oleh peningkatan harga komoditas ekspor, seperti minyak sawit atau CPO dan batubara secara gradual.
Pemulihan harga komoditas ekspor Indonesia ditopang oleh perbaikan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia terutama Tiongkok dan India.
Sejak bulan Juni hingga November, rata-rata pertumbuhan bulanan ekspor Indonesia mencapai 4,5%, meskipun total ekspor secara kumulatif pada periode Jan-Nov 2020 masih mencatatkan pertumbuhan negatif.
"Ke depan, kinerja ekspor berpotensi akan berlanjut meningkat seiring dengan perbaikan volume permintaan dari negara mitra dagang Indonesia," katanya.