Perjanjian RCEP Berpotensi Kerek PDB Indonesia 0,05% Dalam 10 Tahun

Agatha Olivia Victoria
20 Januari 2021, 13:34
Mahendra siregar, rcep, ekspor
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi. Perjanjian perdagangan RCEP berpotensi mengerek investasi Indonesia tahun ini sebesar 20%.

Indonesia meneken perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership  pada akhir tahun lalu. Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan  keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian RCEP berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto RI sekitar 0,05% dalam 10 tahun ke depan.

"Dibandingkan tidak ada RCEP, pertumbuhan PDB kita berpotensi turun 0,07%," kata Mahendra dalam Diskusi Publik bertajuk "Stimulus Covid-19 dan RCEP: Pemacu Pemulihan Ekonomi Indonesia 2021-2022" yang diselenggarakan Ikaprima, Universitas Prasetya Mulya dan Katadata.co.id, Rabu (20/1).

Setelah berlakunya RCEP, ekspor Indonesia diramal meningkat sampai 11% pada 2025. Investasi juga  akan naik lebih dari 20%. Perkiraan tersebut berdasarkan data yang menunjukkan bahwa hampir 57% ekspor Indonesia menuju negara-negara yang tergabung dalam perjanjian RCEP. Negara-negara tersebut yakni Australia, Brunei, Kamboja, Tiongkok, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam.

Lima belas negara yang tergabung dalam RCEP mewakili 29,6% populasi dunia, 27,4% perdagangan dunia, 30,2% PDB dunia, dan 29,8% investasi asing langsung dunia. Sementara itu, dua per tiga investasi internasional yang masuk ke Tanah Air berasal dari negara RCEP. "Jadi ini suatu perubahan yang besar karena adanya integrasi dan efisiensi," ujarnya.

Di sisi lain, perjanjian RCEP memberikan potensi besar bagi lebih dari 60 juta unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini karena unit usaha tersebut dapat memperluas akses pasar.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Shinta Kamdani menyampaikan, penting untuk menggenjot kinerja ekspor RI ke negara RCEP untuk pemulihan 2021. "Terutama karena kita menargetkan ekspor ke RCEP sekitar 67% dari total nilai ekspor Indonesia," kata Shinta dalam kesempatan yang sama.

Pertumbuhan ekspor di negara-negara Asia diproyeksikan tumbuh 5,7% pada 2021, melesat dari 2020 yang negatif 4,5%. Pembalikan yang cukup pesat dan solid dibandingkan negara-negara di kawasan lain.

Pertumbuhan impor di kawasan Asia akan meningkat 6,2%, berbalik arah dari perkiraan 2020 yang kontraksi 4,4%. "Ini menjadi kesempatan emas bagi Indonesia," kata Shinta.

Kendati demikian, komoditas ekspor Indonesia yang mayoritas merupakan barang mentah menjadi kendala.  Struktur ekspor Indonesia pada 2019 didominasi komoditas mentah yakni 38% yang terdiri dari batubara 20%, minyak mentah 10%, emas 4%, dan karet 4%. Hal tersebut berisiko karena harga barang mentah akan mengikuti fluktuasi global.

Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman Simandjuntak menilai RCEP akan menjadi pusat pertumbuhan, perdagangan, investasi, pariwisata ramah lingkungan, sains, teknologi, dan pendidikan yang baru bagi Indonesia. "Karena di RCEP adalah jendela perbutan teknologi yang akan datang," kata Djisman.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan krisis yang meninggalkan cacat seperti kesempatan yang hilang hingga risiko penurunan pertumbuhan potensial. Maka dari itu, tidak ada plihan selain re-setting kebijakan ekonomi, salah satunya melalui RCEP.

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...