Utang Maskapai Penerbangan Global Capai Rp4.862 T, AS Siapkan Stimulus

Image title
Oleh Maesaroh
14 September 2021, 14:06
maskapai penerbangan, utang
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/hp.
Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai parkir di Apron Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (7/5/2021). Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menghentikan sementara aktivitas penerbangan komersial terjadwal baik dalam dan luar negeri terhitung mulai 6 hingga 17 Mei 2021, hal tersebut merupakan bagian dari pengendalian transportasi selama masa larangan mudik Lebaran 1442 H untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Total outstanding utang maskapai penerbangan global diperkirakan melonjak 23% hingga  menembus US$340 miliar atau Rp 4.862 triliun pada tahun 2021.  Lonjakan utang terjadi karena maskapai penerbangan harus mengurangi bahkan menghentikan layanannya selama pandemi Covid-19.

Data kompilasi Bloomberg menunjukan pada tahun 2018, outstanding utang maskapai penerbangan global berkisar US$163 miliar atau Rp 2.330 triliun. Utang itu terus menumpuk menjadi US$198 miliar atau Rp 2.830 triliun pada 2019 dan mencapai US$ 276 miliar atau Rp 3.946 triliun pada tahun 2020. Utang tersebut sudah termasuk penarikan pinjaman dan penerbitan obligasi.

Pada tahun 2019, total utang maskapai penerbangan dari penarikan pinjaman adalah sebesar US$83 miliar sementara dari obligasi sebesar US114 miliar. Setahun berikutnya, outstanding pinjaman mencapai US$117,3 miliar dan obligasi sebesar US$158,7 miliar.

Pada tahun 2021, outstanding pinjaman mencapai US$146,5 miliar sedangkan obligasi melonjak ke US$1192,9 milar. Hingga September, maskapai-maskapai penerbangan sudah menarik pinjaman dan menerbitkan obligasi sebesar US$63 miliar.

Menumpuknya utang  menjadi bukti betapa industri penerbangan tengah menghadapi krisis besar akibat badai covid-19 yang melanda dunia sejak Maret tahun lalu. Kebijakan lockdown, penutupan bandara, pemberhentian penerbangan, dan pembatasan mobilitas membuat maskapai penerbangan terpaksa memarkir pesawat mereka di hanggar.

Walaupun penerbangan kemudian dibuka tetapi pembatasan mobilitas, penutupan tempat pariwisata, serta melemahnya daya beli membuat jumlah penumpang pesawat menurun tajam.

" Penyebaran varian Delta membuat banyak negara memberlakuka kebijakan yang lehih ketat seperti karantina kepada para pengunjung (sebuah negara," tutur Susannah Streeteranalis investasi dan pasar dari Hargreaves Lansdown.

Sejumlah maskapai penerbangan sudah menarik pinjaman baru ataupun menerbitkan obligasi untuk membantu bisnis mereka tetap berjalan. Namun, tidak sedikit maskapai penerbangan yang tumbang dan menyatakan diri pailit seperti Thai Airways dan Philippine Airlines.

Beberapa maskapai penerbangan yang menarik pinjaman dan menerbitkan obligasi, di antaranya.
1. EasyJet
Maskapai penerbangan dari Inggris ini sudah menarik pinjaman sebesar US$400 juta dan memperoleh dana segar US$1,7 miliar melalui rights issue. Dana ini akan dipakai sebagau cadangan jika pemasukan perusahaan menurun saat musim dingin mendatang.

2. Japan Airlines
Japan Airlines sudah mengamakan pinjaman dan obligasi sebesar US 2,7 miliar. Dana ini akan dipakai untuk memperbaharui pesawat mereka.

3. Qantas Airways
Maskapai penerbangan Australia tengah menimbang rencana untuk menerbitkan obligasi.

Persoalan keuangan juga menimpa PT Garuda Indonesia. Perusahaan penerbangan berplat merah tersebut  mendapat dana bailout dari pemerintah sebesar Rp 8,5 triliun melalui skema Pemulihan Ekonomi Nasional. Pada Februari lalu, mereka sudah mendapatkan pencairan dana PEN tahap I sebesar Rp 1 triliun.

Beban Garuda dipastikan akan semakin berat setelah kalah dalam kasus gugatan pembayaran uang sewa pesawat di Pengadilan Arbitrase Internasional London (LCIA).  Dengan putusan tersebut, Garuda wajib membayarkan uang sewa pesawat, kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian sewa pesawat, dan pembayaran bunga keterlambatan kepada penggugat yakni lessor Helice dan Atterisage (Goshawk). 

 AS Siapkan Stimulus
Departement Transportasi Amerika Serikat (AS) menawarkan stimulus senilai US$ 482,3 juta atau Rp 6,9 triliun kepada 313 perusahaan di sektor kedirgantaraan. Stimulus ini diperkirakan akan menyelamatkan 22.500 pekerja.

Departement Transportasi memperkirakan sekitar 100 ribu pekerja diperkirakan kehilangan pekerjaan di industri kedirgantaraan karena pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, industri kedirgantaraan mempekerjakan 2,2 juta pekerjanya, termasuk 1,2 juta pekerja di bagian rantai pasokan.

Perusahaan yang bisa mendapatkan stimulus di antaranya penerbangan, perusahaan  penyedia spare part pesawat dan mesin pesawat.

Penerima terbesar dari stimulus ini adalah Spirit Aerosystems. Perusahaan yang menyuplai Boeing ini akan mendapatkan US$ 75,5 juta. Sementara itu, Parker-Hannifin Corp. yang membuat sistem hidrolik pesawat akan mendapatkan stimulus sebesar US$ 39,7 juta.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...