Jadi Eksportir Utama Dunia, RI Dapat Devisa Rp 1,4 T dari Rumput Laut

Cahya Puteri Abdi Rabbi
5 November 2021, 09:51
rumput laut, ekspor, devisa
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Petani memanen rumput laut jenis Glacilaria sp di Desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (5/10/2021). Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing industri pengolahan rumput laut dalam upaya peningkatan nilai tambah komoditas rumput laut melalui hilirisasi industri guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.\

Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar dunia untuk produk olahan rumput laut, terutama rumput laut kering.  Ekspor produk rumput laut bahkan mampu mendatangkan devisa US$96,19 juta atau Rp 1,4 triliun tahun lalu.

Menurut Kementerian Perindustrian, produk olahan rumput laut di Indonesia dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni agar-agar dan karaginan.

Secara global, saat ini Indonesia menempati posisi ke-tujuh untuk negara eksportir agar-agar dan peringkat ke-enam sebagai negara eksportir karaginan.

Di sisi lain secara volume ekspor, Indonesia merupakan negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput laut kering.

 Pada tahun 2019, nilai ekspor olahan rumput laut hanya 49,75% dari nilai ekspor rumput laut kering, dengan produk olahan utama yang diekspor itu adalah karaginan.

Kemudian, pada tahun 2020, persentase tersebut meningkat menjadi 53,79%,

Kementerian Perindustrian berupaya meningkatkan nilai tambah rumput laut agar bisa menjadi produk turunan yang memiliki pangsa pasar besar, baik itu untuk kebutuhan di domestik maupun ekspor.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan, Indonesia punya potensi besar dengan ketersediaan bahan baku rumput lautnya.

Selain itu, daya saing dan pasar ekspor olahan rumput laut ini masih menjanjikan.

"Nilai ekspor dari industri pengolahan rumput laut di Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai US$ 96,19 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun dengan volume produksi sebesar 26.611 ton,” kata Putu dalam keterangan resminya, Kamis (4/11).

 Pada tahun 2020, produksi rumput laut kering mencapai sekitar 376 ribu ton, dengan penghasil utamanya berasal dari Provinsi Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan

Produk olahan rumput laut umumnya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan.

Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada bakso, nugget, sirup, es krim, yogurt, jus, dan jeli.

Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk produksi cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, sabun, dan sampo.

Selain itu, produk olahan rumput laut juga telah digunakan di dalam industri farmasi, misalnya untuk pembuatan cangkang kapsul dan media agar.

 Bahkan, limbah dari hasil pengolahan rumput laut dalam bentuk padatan dan cairan, dapat pula dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan pupuk, media tanaman serta bata ringan.

Saat ini pihaknya terus mendorong pengoptimalan penggunaan produk olahan rumput laut dalam negeri bagi para industri penggunanya.

Hal ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor sekaligus mendukung kebijakan substitusi impor.

Pemerintah juga tengah mengupayakan untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut.

Juga, mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, serta mendorong kerja sama riset dan pengembangan produk olahan rumput laut dengan lembaga riset dalam dan luar negeri.

 “Kami optimistis, industri berbasis agro ini dapat memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, seperti dari hasil ekspornya,” ujar dia.

Salah satu produsen terbesar dari rumput laut adalah  PT Hydrocolloid Indonesia.

Plant Manager PT Hydrocolloid Indonesia Budhi Sugiharto mengatakan, pihaknya saat ini fokus untuk memproduksi olahan rumput laut berupa karaginan yang digunakan untuk industri pangan.

Namun tidak menutup kemungkinan, perusahaan lokal ini akan mengembangkan inovasi dalam rangka menambah diversifikasi produknya guna memenuhi kebutuhan industri lainnya.

Budhi berharap kepada pemerintah dapat menerbitkan regulasi atau menjalankan kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Misalnya, perlu menjaga ketersediaan bahan baku, kestabilan harga rumput laut, dan adanya integrasi sektor hulu-hilir untuk memperkuat rantai pasoknya.

 "Menurut kami, kunci keberlangsungan usaha industri pengolahan rumput laut, salah satunya adalah tata niaga rumput laut yang baik," kata Budhi.

PT Hydrocolloid Indonesia merupakan perusahaan pengolahan rumput laut yang telah beroperasi sejak tahun 2012.

Hasil produksinya sebesar 80% untuk mengisi pasar ekspor, khususnya ke Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Denmark, dan negara-negara Amerika Selatan.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Maesaroh

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...