Alasan Sandiaga Luncurkan Rendang Goes to Europe di Bali, Bukan Padang
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) meluncurkan program Rendang Goes to Europe, Kamis (25/3). Peluncuran yang dilakukan Menteri Parekraf Sandiaga Uno itu menuai banyak kritikan karena dilakukan di Bali, bukan provinsi asalnya Sumatera Barat.
Menanggapi kritikan tersebut, Sandiaga memilih Bali sebagai tempat peluncuran Rendang Goes to Europe karena dikenal sebagai tempat wisata dunia. Selain itu, beberapa ajang internasional akan diadakan di Pulau Dewata tahun ini, seperti World Tourism Day dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Alasan lain dipilih Bali yaitu untuk menggaungkan kembali salah satu destinasi super prioritas Indonesia di kancah internasional. "Kami akan memastikan rendang sebagai kuliner paling terkenal di Indonesia dan Bali sebagai destinasi paling terkenal di dunia," ucap Sandiaga dalam konferensi pers virtual, Senin (28/3).
Meskipun peluncurannya diselenggarakan di Bali, Sandiaga memastikan pemerintah menggaet pelaku ekonomi kreatif di Sumatera Barat untuk menyiapkan rantai pasok mulai dari bumbu, kemasan, dan santan. Pemerintah menargetkan ekspor bumbu dan rendang mencapai US$ 2 miliar atau Rp 28,72 triliun (kurs Rp 14.360/US$) di 2024.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat ini menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan pangan olahan asal Bulgaria, Bella Ltd., senilai US$ 3 juta. Bella Ltd memiliki kapasitas produksi 600 ton daging per bulan. Adapun, pasokan bahan baku akan diprioritaskan dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Ranah Minang.
Untuk memperkuat promosi, rendang besutan Bella Ltd akan dipasangkan logo Wonderful Indonesia. Dengan demikian, Sandiaga berharap rendang akan menjadi salah satu alat gastrodiplomacy Indonesia di dunia internasional.
Sebagai informasi, pabrikan yang akan digunakan Bella Ltd untuk mengolah bahan baku rendang berada di 50 kilometer dari ibu kota Bulgaria. Rendang tersebut kemudian akan dipasarkan di Serbia, Turki, dan Yunani
Sebelumnya, Sandiaga menargetkan pelaku UMKM dan usaha kuliner bisa membuka 4.000 restoran Indonesia di luar negeri. Adapun bumbu yang akan dipromosikan adalah bumbu rendang, nasi goreng, sate, soto, gado-gado, serta bumbu pendukung lain seperti kecap manis dan kacang tanah.
Sandiaga menilai pasar eropa cukup besar. Menurutnya, produk ekonomi kreatif yang diekspor tidak akan berhenti pada rendang
Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Makedonia Utara, dan Albania, Iwan Bogananta mengatakan pilot project rendang ini dapat menjadi pintu pasar produk nasional ke pasar ekspor. Selain itu, program ini juga akan meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku ekonomi kreatif dan UMKM.
"Nilai tambah akan kembali untuk bangsa dan masyarakat Indonesia ari rakyat untuk rakyat, kembali pada rakyat Indonesia, merangkul UMKM memajukan bangsa," kata Iwan.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor rempah-rempah, tanaman obat, dan aromatik dari Indonesia ke mancanegara sebesar 275,3 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 618,4 juta pada 2020. Selain Thailand, Indonesia banyak mengekspor rempah-rempah, obat, dan aromatik ke India dengan jumlah ekspor sebanyak 33,9 ribu ton (US$ 70,1 juta).