Jokowi Mewaspadai Deretan Bahan Pokok yang Harganya Naik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan jajaran kabinetnya untuk mewaspadai kenaikan harga kebutuhan masyarakat. Selain energi, Jokowi juga meminta menterinya untuk mewaspadai kenaikan harga bahan pokok.
Dia meminta agar jajaran kabinetnya memastikan bahwa pasokan bahan pokok tersedia. Apalagi menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana permintaan konsumen akan meningkat.
“Seluruh yang hadir di sini, anggota kabinet, menteri, kepala lembaga agar kebijakan yang diambil itu tepat. Sikap-sikap kita, kebijakan-kebijakan kita, pernyataan-pernyataan kita harus memiliki sense of crisis. Harus sensitif pada kesulitan-kesulitan rakyat," ujarnya di Istana Kepresidenan Rabu (6/4).
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyebut empat kebutuhan pokok yang harus diwaspadai yaitu minyak goreng, kedelai, gandum, dan beras. Bahan pokok tersebut saat ini terpantau mengalami kenaikan harga.
Seperti apa kondisi kenaikan harga empat komoditas tersebut di lapangan? Berikut rangkuman yang dihimpun Katadata:
1. Minyak Goreng
Harga minyak goreng di tingkat konsumen melambung tinggi seiring dengan meningkatnya harga crude palm oil (CPO) dunia. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata minyak goreng kemasan mencapai Rp 25.850 per kg pada Rabu (6/4), naik 0,39% atau Rp100 dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara harga rata-rata minyak goreng curah Rp 20.000 per kg pada Rabu (6/4), turun 0,5% atau Rp 100 dibandingkan hari sebelumnya. Namun, harga tersebut masih jauh di atas Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 15.500 per kg.
2. Kedelai
Indonesia masih mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelainya dari negara lain. Harga kedelai global yang tinggi akan memicu kenaikan harga bahan baku tahu dan tempe tersebut.
Selama enam bulan terakhir, harga kedelai dunia menanjak. Berdasarkan data Business Insider, harga kedelai mencapai USS 16,36 per bushel, Selasa (22/3), atau naik 21,35% (ytd).
Lonjakan harga kedelai yang tinggi dipicu negara produsen mengalami penurunan produksi karena cuaca ekstrem. Harga kedelai semakin tinggi setelah adanya invasi Rusia ke Ukraina. Penyumbang kenaikan harga juga datang dari permintaan kedelai yang meningkat dari Cina. Negeri Panda merestruktrisasi industri peternakan yang menyebabkan permintaan impor kedelai dari Amerika latin bertambah.
3. Gandum
Indonesia juga mengimpor sebagian besar pasokan gandum untuk kebutuhan pokok seperti roti dan terigu. Kenaikan harga bahan baku tersebut akan mempengaruhi biaya produksi idnustri makanan dan minuman di Indonesia.
Harga Gandum berjangka harian di Chicago melonjak 3,1% menjadi $10,42 per gantang pada Selasa (5/4). Kenaikan harga gandum dipicu oleh konflik Rusia dan Ukraina yang merupakan produsen gandum terbesar dunia. Rencana sanksi ekonomi yang akan diberikan pada Rusia berdampak pada semakin melonjaknya harga gandum dunia.
4. Beras
Rata-rata harga beras nasional mencapai Rp11.750 per kg berdasarkan data data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, Rabu (6/4). Angka tersebut lebih tinggi dari HET beras medium ditetapkan pemerintah di kisaran Rp9.450-Rp10.250 per kilogram (Kg) sesuai dengan Permendag Nomor 57 Tahun 2017.
5. Pupuk
Konflik antara Ukraina dan Rusia terus berdampak terhadap melambungnya sejumlah harga komoditas. Salah satu yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo adalah harga pupuk. Hal ini lantaran Indonesia masih mengimpor bahan dasar pupuk yakni potasium dari Ukraina. Oleh sebab itu Jokowi memerintahkan subsidi pupuk dibatasi pada jenis yang diperlukan.
“Dibatasi untuk urea dan NPK, apalagi harga urea telah mendekati US$ 1.000 (per ton),” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Selasa (5/4).
Jokowi juga memerintahkan pembatasan alokasi pupuk bersubsidi kepada tanaman yang dianggap prioritas. Airlangga mengatakan beberapa tanaman pangan yang dimaksud antara lain padi, jagung, kedelai, tebu, bawang merah, cabai, serta kakao.
“Presiden mewanti-wanti agar subsidi yang diberikan bisa tepat sasaran,” kata Airlangga.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat volume pupuk bersubsidi yang bisa ditopang pemerintah tidak lebih dari 9 juta ton atau senilai Rp 25,27 triliun. Adapun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi tahun ini adalah 24,3 juta ton.
Survei Populi Center menunjukkan bahwa bahan pokok juga menjadi permasalahan utama masyarakat DKI Jakarta. Mayoritas masyarakat atau 42% menilai bahwa permasalahan ekonomi tersebut perlu penanganan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.