Kementan Fasilitasi Kedelai Murah bagi Usaha Tahu Tempe di 11 Daerah
Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi penyaluran kedelai dengan harga khusus bagi pengrajin tahu-tempe di 11 daerah. Bahan baku tersebut didapatkan dari importir kedelai, PT FKS Multi Agro Tbk.
Daerah yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, Tanggerang, Pamanukan, Subang, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, dan Banjar. Pengrajin maupun konsumen di wilayah tersebut dapat membeli kedelai seharga Rp 10.500 per kilogram (Kg).
"Ada komitmen, FKS dengan kami, bahwa dia akan menjual di gudang importir cash Rp 10.000 per Kg. (Harga) di konsumen ditambah operasional distribusi. Saya minta dia (jual) Rp 10.500 per Kg," kata Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementan, Yuris Tiyanto, di Jakarta, Jumat (8/4).
Yuris mengatakan setiap wilayah akan mendapatkan alokasi kedelai dengan harga khusus sebanyak 5-10 ton. Menurut dia, 11 daerah tersebut dipilih karena telah memiliki sentra pengrajin tahu-tempe.
Selain itu, waktu persiapan program kedelai harga khusus ini hanya dua hari. Adapun, program kedelai harga khusus yang dilaksanakan Kementan ini tidak berulang dan tidak memiliki jangka waktu tertentu.
Konsumen bisa mendapatkan kedelai tersebut setelah mendapatkan kupon khusus. Yuris menyebutkan FKS membantu memfasilitasi distribusi kupon tersebut lantaran emiten berkode FISH tersebut memiliki data jaringan pengrajin tahu-tempe yang lengkap.
Di sisi lain, Yuris mengatakan program ini terpisah dari program subsidi kedelai oleh Kementerian Perdagangan melalui Perum Bulog. Pemerintah telah menyiapkan dana sekitar Rp 900 miliar untuk program subsidi ini.
Bulog ditugaskan untuk menyerap kedelai sejumlah 200 ribu ton selama empat bulan ke depan. Distribusi kedelai subsidi tersebut dikhususkan pada pengrajin tahu-tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo)
Yuris mengatakan program tersebut dijadwalkan menyediakan kedelai subsidi sebanyak 50 ribu ton per April 2020. Dia menyatakan volume tersebut tidak mencukupi konsumsi kedelai per bulannya yang mencapai 200 ribu ton.
Dengan demikian, Yuris menjelaskan program kedelai murah oleh Kementan ini akan menambah volume kedelai dengan harga terjangkau. Target pasar program kedelai murah oleh Kementan adalah konsumen yang tidak tergabung dalam Gakoptindo.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mencatat harga kedelai per Maret 2022 telah naik 92,08% jika dibandingkan dengan Maret 2020. Pasalnya, harga kedelai domestik sangat rentan dengan kedelai di pasar ekspor.
Harga kedelai di pasar internasional melonjak lantaran naiknya permintaan akibat pemulihan dari pandemi Covid-19 yang hampir bersamaan. Pada saat yang sama, pasokan kedelai di pasar internasional menyusut mengingat beberapa produsen kedelai dunia gagal panen.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso atau biasa dipanggil Buwas mengatakan harga kedelai yang didapatkan dari importir kini terlampau tinggi. Buwas menilai hal itu disebabkan kedelai yang dimiliki oleh importir berasal dari Amerika Serikat. Tingginya kedelai dari Negeri Paman Sam disebabkan oleh inflasi yang cukup tinggi. Alhasil, biaya produksi kedelai di sana melonjak dan tercermin dalam harga jual di pasar internasional.
"Padahal ada delapan negara lain yang menghasilkan kedelai, seperti Brasil. Tetapi, kita tidak dagang dengan negara-negara itu," kata Buwas.
Sementara itu, Buwas menyebutkan Bulog tidak dapat melakukan transaksi langsung dengan negara-negara produsen kedelai tersebut. Pasalnya, Bulog hanya dapat bergerak jika mendapatkan penugasan dari pemerintah. Oleh karena itu, Buwas menyampaikan pengrajin tidak mungkin mendapatkan kedelai di level Rp 11 ribu per Kg meski telah disubsidi.
Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan luas panen kedelai nasional terus menurun hingga tahun 2024. Pada 2021, proyeksi luas panen kedelai sebesar 362.612 hektare, kemudian jumlahnya turun 5% menjadi 344.612 hektare pada 2022.