Pandemi Mengubah Cara Industri Terapkan Bisnis Berkelanjutan

Tia Dwitiani Komalasari
8 April 2022, 14:55
Petani memetik buah kakao yang membusuk dari pohonnya di Desa Takosang, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (20/5/2021).
ANTARA FOTO/Akbar Tado/rwa.
Petani memetik buah kakao yang membusuk dari pohonnya di Desa Takosang, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (20/5/2021).

Pandemi Covid-19 berdampak pada upaya industri dalam mengimplementasikan tata kelola bisnis komoditas berkelanjutan. Namun, pandemi ini juga menjadi momentum bagi industri untuk bertransformasi dalam mengimplementasikan program tersebut secara digital.

Southeast Asia Sustainability Director Mondelez Intenational, Andi Sitti Asmayanti, mengatakan pandemi memberikan dampak yang cukup besar bagi upaya perusahaan dalam melaksanakan program Cocoa Life. Program ini bekomitmen untuk membuat produk-produk suistanable dan bertujuan untuk membina dan mensejahterakan petani. Selain itu, Cocoa Life juga merangkul komunitas di sekitar lahan kakao.

“Kita berbicara level petani dimana kebunnya sekitar 1-10 hektar. Sejak Covid ini, dengan adanya protokol dimana mereka tidak boleh berkumpul di kebun, tentu akan ada dampak-dampak itu,” kata dia saat menjadi pembicara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2022 dengan tema “Best Practices in Sustainability Commodity (Prt2) Journey to a Suistainable Future: Lesson and Opportunities”, Jumat (8/4).

Dia mengatakan, pihaknya mengubah cara pendekatan kepada petani. Mondelez International juga mengalokasikan dana relokasi sebesar US$400 Ribu untuk program Covid Response di tingkat petani.

Yanti mengatakan, pandemi Covid-19 menghambat upaya yang dilakukan untuk sosialisasi dan melakukan monitoring program berkelanjutan pada petani. Namun hal itu juga menjadi momentum bagi perusahaan untuk bertransformasi ke arah digital.

“Butuh waktu untuk akhirnya ada hari ini. Jika sebelumnya kami banyak travel ke ke lapangan, kini kami berpindah pada monitoring digital, drone monitoring, dan juga meeting dengan masyarakat dan petani dilakukan dengan zoom dan whatsapp,”kata Yanti.

Dia menjelaskan program Cocoa Life telah dimulai sejak 2013 dengan membina 40.557 petani kakao dan 334 komunitas atau desa. Program pembinaan yang dilakukan mulai dari pemberian bibit unggul, teknik panen, pemanfaatan, dan merawat lahan yang sesuai dengan upaya berkelanjutan. Selain itu, pihaknya juga memberikan edukasi kesetaraan gender, dan program pemberdayaan perempuan.

Sementara itu, Senior Advisor Suistainability Sinar Mas Agribusiness and Food, Agus Purnomo, mengatakan pandemi mendorong perusahaan untuk lebih mengintensifkan penggunaan teknologi dan komunikasi dengan petani di lapangan. Selain komunikasi, pihaknya juga telah lama menggunakan monitoring kebun dengan satelit.

“Dimana jika ada kejadian luar biasa, akan muncul sinyal yang bisa dibaca dari kantor di Jakarta. Komunikasi baik melalu Zoom dan WA call sangat membantu,”ujarnya.

Agus mengatakan, Sinar Mas Agribusiness and Food sudah mulai menerapkan kebijakan bisnis keberlanjutan sejak 2015. Salah satunya dengan menelusuri bahan yang dibeli dari pihak ketiga sampai ke tingkat kebun.

Sinarmas sudah memetakan seluruh pabrik sawit yang telah dibeli. Selanjutnya, perusahaan juga menelusuri dari kebun mana pabrik tersebut mendapatkan buah tandan segar sawit.

“Saat ini upayanya sudah mencapai 95 %, namun terhambat karena adanya Covid-19. Akhir tahun ini ditargetkan 100%,”ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini terdapat 86 ribu petani swadaya kecil yang terlibat dalam rantai pasok perusahaannya. Petani tersebut kemudian dibina untuk melakukan budidaya berkelanjutan,

“Kami juga berusaha bukan hanya menjaga kawasan hutan yang ada, tapi mengajak masyarakat sekitar kebun kami untuk melakukan konservasi. Kami sepakat menjaga 43.000 hektar kawsan hutan di sekitar desa dan kebun dan juga melakukan konservasi pada 78 ribu hektar hutan,” tuturnya.

Sementara itu, Director of Corporate Affairs, Suistainability and HR Royal Lestari Utama, Yasmine Sagita, mengatakan menjalankan program bisnis berkelanjutan saat pandemi memang membutuhkan upaya lebih lanjut. Sebab, tidak semua kebun karet binaannya berada di daerah yang terjangkau oleh sinyal telekomunikasi.

“Membutuhkan waktu memang, ada beberapa tahapan dan adaptasi karena lokasi remote, sehingga sulit jika dilakukan video call dengan tim kami di lapangan,” ujarnya.

 Menurut Yasmine, pihaknya telah mengalokasikan 30% dari 88.000 hektar lahan yang dimiliki untuk program konservasi. Angka itu di luar ketentuan dari pemerintah sebanyak 10%

Dia menambahkan, perusahaannya juga berkomitmen menjaga lingkungan dimana areal lahannya berbatasan dengan taman nasional bukit 30. “Kami menjaga area hutan bagaimana caranya agar tidak terancam dengan kegiatan ilegal seperti illegal loging,” kata dia.

Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) “Katadata Consumer Survey on Sustainability” menunjukkan makanan menjadi barang ramah lingkungan yang paling banyak dibeli. Sebanyak 56,7% responden mengakui membeli makanan sebagai produk ramah lingkungan dalam satu tahun terakhir.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...