Asosiasi Petani Tebu Heran Stok Gula Nasional Banyak Tapi Harga Naik
Petani gula menilai kenaikan harga dan kelangkaan gula pasir di pasar konsumen bukan disebabkan stok yang minim. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mencatat stok gula akhir 2021 mencapai 1 juta ton, sedangkan impor gula konsumsi yang telah terealisasi setara dengan 1,1 juta ton.
Dengan demikian, stok gula di awal tahun mencapai 2,1 juta ton. Adapun pasokan gula dari petani tebu domestik mulai membanjiri pasar akhir April ini. "Jadi, stok gula konsumsi seharusnya cukup, sehingga bagaimana mengatur distribusi di lapangan," kata Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen kepada Katadata, Rabu (12/4).
Sedangkan konsumsi gula nasional mencapai 230 ribu ton per bulan. APTRI mencatat, tidak ada perubahan konsumsi signifikan hingga April 2022. Itu berarti, konsumsi gula domestik dari Januari-April 2022 diperkirakan sekitar 920 ribu ton.
Dengan kata lain, diperkirakan masih tersisa stok gula nasional sebesar 1,18 juta ton yang belum digunakan untuk konsumsi masyarakat hingga April 2022. Angka tersebut diperoleh dari pengurangan stok awal tahun dengan konsumsi Januari-April 2022.
Selain itu, petani tebu juga mulai masuk dalam musim giling, Soemitro mengatakan, gula pasir hasil musim giling petani Pulau Sumatera diperkirakan mulai membanjiri pasar konsumen pada akhir April 2022. Sementara gula hasil musim giling petani di Pulau Jawa diperkirakan mulai membanjiri pasar konsumen pada Juni 2022.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga gula konsumsi pada akhir kuartal I-2022 telah naik ke level Rp 14.400 per kilogram (Kg). Adapun, harga yang diterima pedagang aalah Rp 12.300 per Kg, sehingga gula konsumsi tidak bisa lagi dijual dengan harga acuan senilai Rp 12.500 per Kg.
Sementara berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga gula pasir kualitas premium mencapai Rp 15.900 per kg pada, Rabu (13/4). Sementara harga gula pasir lokal mencapai Rp 14.800 per Kg.
Soemitro meminta pada pemerintah untuk menaikkan Harga Pokok Penjualan (HPP) gula konsumsi menjadi Rp 12.000. Harga Pokok Penjualan gula konsumsi tidak berubah selama enam tahun terakhir di level Rp 9.100 per Kg.
"Tidak pernah naik, malah 2018 gulanya petani dijual Rp 8.200 - Rp 8.300 per Kg," kata Soemitro.
Selain itu, Soemitro berpendapat kenaikan HPP diperlukan karena harga pupuk telah naik sepanjang 2021. Di samping itu, lanjutnya, petani tebu rakyat sudah tidak menggunakan pupuk subsidi sejak 2020 karena tidak mendapatkan jatah pupuk subsidi dari pemerintah.
Usulan Soemitro lainnya adalah pencabutan aturan harga eceran tertinggi (HET) gula konsumsi. Menurutnya, aturan tersebut tidak adil bagi petani tebu lantaran HPP terus naik akibat beberapa unsur produksi, seperti pupuk.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan berencana untuk menaikkan harga gula di petani. "Dari usulan berbagai kajian yang dilakukan Kementerian Pertanian, kami sudah pertimbangkan di Rp11.500 per Kg, dibeli di petani," kata Oke di Pasar Cibinong, Selasa(12/4).
Menanggapi gula yang mulai langka di pasar, Oke mengatakan bahwa stok barang impor saat ini masih ada. Namun, Kemendag menahan distribusi gula impor tersebut karena sebentar lagi masa panen tebu. Dengan demikian, Oke khawatir harga gula di tingkat petani jadi tertekan apabila gula impor didistribusikan saat ini.
"Pasokan saat ini sudah ada, tapi kami harus hati-hati karena mulai musim giling," kata Oke.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia paling banyak mengimpor gula dari Thailand yaitu sebesar 2,02 juta ton pada 2020.