Lima Lokasi Potensial untuk Investasi Properti, Termasuk IKN Nusantara

Andi M. Arief
25 Mei 2022, 18:37
Pekerja menyelesaikan pembuatan prasasti bergambar peta Indonesia di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (19/4/2022). Prasasti tersebut dibangun di atas tanah dan
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Pekerja menyelesaikan pembuatan prasasti bergambar peta Indonesia di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (19/4/2022). Prasasti tersebut dibangun di atas tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia yang telah disatukan.

Indonesia Property Survey (IPS) mencatat lima lokasi potensial untuk investasi properti hingga 2027, yakni Jabodetabek, Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan Penajam Paser Utara. Mayoritas investor menilai kota wisata menjadi wilayah yang potensial untuk industri properti. 

Survey IPS menunjukkan sebanyak 24% investor menyatakan minat berinvestasi di Bali. Capaian itu diikuti Penajam Paser Utara yang merupakan wilayah Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sebanyak 16%. 

"Perspektif baru terbentuk di mana potensi investasi properti melebar, dari kawasan bisnis strategis konvensional ke wilayah dengan pergerakan ekonomi yang berpusat pada wisata," kata Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip dalam keterangan resmi, Rabu (25/5). 

Wilson mengatakan, pemindahan ibu kota ke Penajam Paser Utara membuat wilayah tersebut cukup prospektif untuk investasi di bidang properti. Namun demikian, Wilson menilai investasi properti di wilayah Jabodetabek juga masih cukup prospektif. 

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat mengatakan 97% responden optimistis industri properti akan pulih pada tahun ini. Namun demikian, mayoritas atau 57% responden menilai pemulihan total baru akan terjadi pada kuartal IV-2022. 

"Optimisme tetap tergambar, apalagi dengan adanya masih adanya insentif PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) yang bisa membantu menggenjot performa subsektor residensial," kata Syarifah. 

Namun demikian, Syarifah menemukan mayoritas responden khawatir inflasi akan menahan pemulihan sektor properti. Selain itu, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan krisis global akibat perang Ukraina-Rusia  dinilai akan berdampak negatif pada pemulihan industri properti. 

Akan tetapi, Syarifah menilai subsektor residensial masih akan memiliki performa positif walau ada tantangan-tantangan tersebut. 

Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan tren harga properti residensial di pasar primer tumbuh positif pada 2021. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal IV-2021 yang tumbuh 1,47% secara tahunan (year on year/yoy).

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...