Volkswagen Bakal Bangun Pabrik Pengolahan Nikel di Indonesia
Produsen mobil asal Jerman, Volkswagen, berencana untuk membangun pabrik pengolahan nikel di Indonesia. Rencana itu disampaikan oleh Chief Procurement Officer Volkswagen , Jorg Teichmann, saat menemui Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, di Jakarta, Senin (18/7).
Pabrik pengolahan nikel tersebut merupakan bagian dari ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Bahlil mengatakan, Kementerian Investasi mendorong agar Indonesia mengambil peranan penting dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di dunia.
"Mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 25% dari seluruh cadangan dunia," kata Bahlil dikutip dari Instagram resmi BKPM, Selasa (19/7).
Dalam pertemuan tersebut, Teichmann membahasa rencana investasi Volkswagen di Indonesia. Dia akan kembali ke Indonesia untuk membahas lebih detail mengenai rencana investasi tersebut.
Sebelumnya, sudah ada dua perusahaan besar yang telah berinvestasi pada bisnis ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Perusahaan tersebut adalah:
1. LG Chemical
LG Chemical menggelontorkan investasi senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 144,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.733/US$) untuk membangun industri baterai listrik terintegrasi di Indonesia mulai dari pertambangan, peleburan, pemurnian, serta industri prekursor dan katoda, serta sel baterai. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa investasi LG ini merupakan yang terbesar sejak era reformasi dimulai.
Perusahaan asal Korea Selatan ini akan membangun industri prekursor dan katoda di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah. Selain itu, anak usaha LG yaitu LG Energy Solution akan membangun pabrik sel baterai di Karawang, Jawa Barat.
Dalam membangun pabrik sel baterai, LG tergabung dalam konsorsium yang terdiri dari Hyundai Motor Company, KIA Corporation, dan Hyundai Mobis. Perusahaan swasta tersebut bekerja sama dengan Indonesia Battery Corporation, dengan membentuk perusahaan patungan PT HKML Battery Indonesia.
Pabrik sel baterai ini dibangun dengan biaya sebesar US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 16 triliun, dengan kapasitas produksi 10 gigawatt jam (GWh) yang akan ditingkatkan bertahap menjadi 30 GWh. Sel baterai yang diproduksi di pabrik ini nantinya akan menyuplai kendaraan listrik buatan Hyundai.
2. Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL)
Produsen baterai listrik asal Cina, CATL, akan bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam mengembangkan proyek integrasi baterai kendaraan listrik Indonesia. Proyek tersebut mencakup penambangan dan pengolahan nikel, bahan baterai kendaraan listrik, manufaktur baterai kendaraan listrik, dan daur ulang baterai.
Nilai investasi gabungan atas proyek tersebut mencapai US$ 5,97 miliar atau setara Rp 85,8 triliun. Dalam proyek itu, Antam dan IBC akan bekerja sama dengan cucu usaha CATL yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend CO., Ltd (CBL). Ini merupakan anak usaha Brunp Recycling Technology Co., Ltd. Sementara Brunp adalah anak usaha CATL.
CATL merupakan produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, yang menawarkan produknya kepada sejumlah merek mobil termasuk BMW, Volkswagen, dan Tesla.
“Proyek Indonesia merupakan tonggak penting bagi CATL, karena kami memperluas jejak global. Ini akan menjadi lambang persahabatan abadi antara Cina dan Indonesia,” kata pendiri sekaligus ketua CATL Robin Zeng, dikutip dari Bloomberg.
Mengutip data Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE), ada enam perusahaan yang menguasai 87% pangsa pasar baterai mobil listrik. Contemporary Amprex Technology Co (CATL) memiliki kapasitas produksi terbesar.
CATL memproduksi 21,6 Gigawatt hours (GWh) baterai listrik pada Januari-Mei 2021. LG Energy Solution berada di posisi kedua dengan kapasitas 21.4 GWh pada periode yang sama.