Harga Beras Merangkak Naik di Tengah Isu Kenaikan BBM

Andi M. Arief
30 Agustus 2022, 16:00
Petugas mengecek kualitas beras hasil serapan dari petani di Gudang Perum Bulog Subdivre Serang, Banten, Selasa (30/8/2022).
ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.
Petugas mengecek kualitas beras hasil serapan dari petani di Gudang Perum Bulog Subdivre Serang, Banten, Selasa (30/8/2022).

Harga beras merangkak naik dalam beberapa hari terakhir. Kenaikan harga beras tersebut terjadi di tengah wacana isu kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mendata rata-rata nasional harga beras berbagai kualitas telah naik Rp 100 - Rp 150 per kg selama 30 hari terakhir. Pada hari ini, rata-rata nasional harga beras kualitas bawah naik Rp 150 menjadi Rp 10.850 per kg, beras medium naik Rp 100 menjadi Rp 10.550 per kg, dan beras premium naik Rp 150 menjadi Rp 12.850 per kg.

Harga beras premium termahal hari ini ditemukan pada Kalimantan Utara atau senilai Rp 14.650 per kg. Sementara itu, beras medium termahal ada di Papua Barat atau senilai Rp 12.150 per kg, sedangkan beras kualitas bawah di Kalimantan tengah atau Rp 13.400 per kg.

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan kenaikan harga beras  dipicu oleh program Bantuan Pangan Non Tunai. Pasalnya, pengadaan beras dalam program BPNT dirapel untuk kebutuhan tiga bulan ke depan sehingga permintaannya melonjak.

Sementara dua pemicu lainnya adalah penurunan luas lahan sawah dan penurunan produktivitas penggilingan gabah. Sutarto mengatakan, produks beras cenderung stagnan sehingga surplus tahunannya cenderung mengalami penurunan.

"Fenomena ini dibaca oleh pelaku-pelaku bisnis beras," kata Sutarto dalam webinar “Pengelolaan CPP dengan Mekanisme Dynamic Stock” di Jakarta, Selasa (30/8).

Badan Pusat Statistik atau BPS mendata produksi beras pada 2019-2021 konsisten berada di posisi 31 juta ton. Pada tahun lalu, volume produksi beras di dalam negeri mencapai 31,33 juta ton. Sementara itu, volume konsumsi per tahun mencapai 30,03 juta ton.

Oleh karena itu, Sutarto mengusulkan agar pemerintah memasok cadangan beras pemerintah atau CBP dari luar negeri. Menurutnya, strategi tersebut dapat menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri.

Dengan memasok CBP dari beras impor, pemerintah dapat mudah mengeluarkan beras tersebut untuk mengendalikan harga tanpa mengurangi produksi beras domestik. Selain itu, Sutarto berpendapat CBP dari beras impor memberikan dampak psikologis pada pelaku industri beras di dalam negeri untuk ikut menjaga harga beras.

"Strategi ini pernah terpikir beberapa waktu lalu, tapi jadi cadangan beras saja," kata Sutarto.

Harga Pangan Naik di Tengah Isu BBM

Selain beras, sejumlah harga pangan juga melambung di tengah isu kenaikan harga BBM.  Harga pangan tersebut dinataranya adalah telur, cabai merah, dan bawang merah.

Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Reynaldi Sarijowan, mengatakan bahwa harga telur di Jakarta masih mencapai rekor tertingginya sebesar Rp 31.000 sampai Rp 32.000 per kilogram. 

Awalnya, kenaikan harga telur tersebut dipicu oleh harga bansos. Namun meskipun bansos sudah didistribusikan sejak awal Agustus, tapi harga telur tidak juga mengalami penurunan bahkan semakin naik.

Menurut Reynaldi, hal itu bisa dipengaruhi oleh isu kenaikan BBM. "Telur di pasar tradisional adalah komoditas yang masih konvensional, masih terkerek naik karena isu kenaikan BBM," ujarnya.

Selain beras dan telur, harga yang merangkak naik adalah cabai merah dan bawang merah. Bawang merah  saat ini mencapai Rp 38-39 ribu , normalny Rp 32-33 ribu. Sementara harga cabai merah saat ini mencapai di atas Rp 30 ribu.

 Pada 14 Agustus 2022 Indonesia menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena dinilai memiliki ketahanan pangan yang baik dan berhasil swasembada beras pada periode 2019-2021.

Berdasarkan ketetapan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1999, suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya mencapai 90% dari kebutuhan nasional.Meski sudah tidak mengimpor beras untuk konsumsi, Indonesia masih mengimpor beras untuk keperluan industri.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 407.741 ton beras pada 2021. Nilai ini naik dari 356.286 ton pada 2020.

Adapun selama periode 2019-2021 volume impor beras Indonesia tercatat lebih rendah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, seperti terlihat pada grafik.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...