Didorong Mal Mewah, Okupansi Pusat Perbelanjaan Tumbuh Tipis
Okupansi mal atau pusat perbelanjaan naik sebesar 1% menjadi 78,52% pada semester I-2022. Perusahaan konsultan real estate, Knight Frank, menyatakan bahwa pertumbuhan okupansi mal tersebut lebih didominasi segmen premium dan grade A.
"Segmen premium dan grade A cenderung bergerak baik untuk tingkat okupansinya dibandingkan kelas-kelas lain seperti grade B dan grade C," kata Senior Research Advisor Knight Frank, Syarifah Syaukat, dalam konferensi pers virtual, Rabu (31/8).
Secara umum, tenant yang mengisi mal sejak awal 2022 berasal dari sektor makanan dan minuman, peralatan rumah, elektronika, pakaian olah raga, busana, dan departemen store.
Syarifah mengatakan ada beberapa faktor yang membuat konsumen tertarik mengnjungi pusat perbelanjaan, diantaranya adalah lokasi dan desain mal. Saat ini , mal yang baru dibuka di Jakarta cenderung mendekati ke pemukiman dibandingkan pusat bisnis.
"Dari enam mal baru yang akan beroperasi hingga 2024, hanya satu yang ada di kawasan bisnis," kata Syarifah.
Selain itu, Syarifah menemukan tingkat kunjungan konsumen lebih tinggi kepada properti yang menekankan aspek ramah lingkungan. Dengan kata lain, Syarifah berpendapat ruang terbuka di dalam mal akan meningkatkan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan.
Dia mencatat mal-mal baru yang akan beroperasi hingga 2024 akan memiliki desain yang cukup berbeda, yakni perluasan ruang terbuka di dalam mal. Syarifah menilai perubahan desain tersebut merupakan hasil adaptasi pengusaha pusat perbelanjaan ke arah bisnis yang lebih hijau.
Oleh karena itu, Syarifah menyarankan agar pusat perbelanjaan memperbanyak acara bazar dan gerai outdoor untuk meningkatkan kunjungan. Selain itu, Syarifah mendorong pengelola mal untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan ruang mengingat ajang outdoor memiliki karakter pemeliharaan ruang yang berbeda.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics atau CORE, Mohammad Faisal, mengatakan pertumbuhan ekonomi saat ini lebih banyak ditopang oleh kawasan menengah ke atas. Sementara daya beli masyarakat menengah ke bawah masih belum pulih. Kondisi itu menyebabkan okupansi mal premium dan grade A jauh lebih baik dibandingkan kelas di bawahnya.
"Kalangan menengah bawah masih struggle untuk memenuhi kebutuhan dasar,"ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (30/8).
Pusat perbelanjaan di DKI Jakarta kembali menggeliat. Tingkat hunian pusat perbelanjaan di DKI Jakarta diperkirakan akan meningkat ke level 71,2% pada tahun 2022.
Tahun 2021, tingkat hunian pusat perbelanjaan di ibu kota sebesar 70,9%, menurut Colliers International. Peningkatan ini akan mengakhiri tren penurunan yang terlihat setidaknya sejak tahun 2018.