Tarif Bus AKAP Meroket Imbas BBM Naik, Penumpang Diproyeksi Berkurang
Jumlah penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kelas ekonomi diprediksi turun pasca Kementerian Perhubungan menaikkan tarifnya hingga 33,61%. Kenaikan tarif ini disesuaikan dengan harga bahan bakar minyak atau BBM jenis solar yang naik 32%.
Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat atau Organda, Ateng Aryono, mengatakan bahwa bisa dipastikan akan ada penurunan penumpang pasca kenaikan tarif BBM . Namun demikian, menurut dia, penurunan jumlah penumpang bisa juga disebabkan karena faktor selain kenaikan bahan bakar minyak.
"Posisi ada penurunan, ini mungkin sekali, tapi kami memaklumi. Tapi kami sulit menjawab, apakah itu benar-benar karena adanya penurunan penumpang diakibatkan dari harga BBM yang meningkat atau tidak, atau pengaruh yang lain," ujarnya kepada Katadata.co. id, Jumat (9/9).
Dia mengatakan, kenaikan BBM akan berdampak pada banyak sektor jasa. Hal itu akan menambah biaya produksi dan harga barang. "Sehingga pasti dari sisi keseharian pun masyarakat akan mengalami pembengkakan biaya," ujarnya.
Semakin membengkaknya biaya konsumsi membuat masyarakat akan memilah pengeluaran yang kurang dibutuhkan, termasuk penggunaan jasa transportasi. Namun demikian, Ateng belum bisa memperkirakan berapa besar jumlah penurunan penumpang tersebut.
"Kalau perkiraannya, kita tidak tahu pasti berapa persennya. Kalau kita berandai-andai susah, maka kita lihat struktur penggunanya," ujarnya.
Ateng berharap, pemerintah dapat memberikan insentif khusus untuk para pengusaha transportasi darat pasca kebijakan kenaikan BBM. Dirinya saat ini masih menunggu kejelasan mengenai insentif khusus transportasi yang akan digelontorkan melalui pemerintah daerah.
Pemilik Operatus Bus PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali, mengatakan bahwa jumlah penumpang diperkirakan turun sekitar 10%. Namun untuk saat ini, jumlah penurunan penumpang belum terlihat dengan jelas, karena mobilisasinya biasanya lebih banyak terjadi pada awal bulan.
“Saya perkirakan penurunan penumpang sekitar 10%, namun penurunan penumpang belum terlihat. Tentu kita akan mengusahakan kurang dari 10% itu,” ujar Anthony kepada Katadata.co. id, Jumat (9/9).
Steven juga sangat mengharapkan adanya insentif khusus dari pemerintah untuk para pengusaha transportasi darat. Menurut dia, sektor transportasi darat sering terpinggirkan dalam kebijakan pemerintah.
“Saya sangat mengharapkan, karena sektor transportasi darat sebenarnya secara massa paling banyak digunakan dibandingkan moda lain. Tapi kenapa paling terpinggirkan secara kebijakan?” Ujar Steven kepada Katadata.co. id pada, (9/9).
Transportasi merupakan salah satu sektor yang bakal terkena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya sektor ini sangat bergantung terhadap perubahan harga BBM. Kenaikan BBM akan memicu inflasi pada sektor tersebut.