Sebulan Harga Telur Meroket, Omzet UMKM Anjlok
Rata-rata harga telur ayam nasional berada di atas Rp 30.000 selama sebulan terakhir. Lonjakan harga telur tersebut berdampak signifikan pada usaha mikro, kecil, dan menengah.
Berdasarkan data Pusat Informasih Harga Pangan Nasional yang dikeluarkan Bank Indonesia, rata-rata nasional harga telur mencapai Rp 30.450 per kg pada Rabu (14/9). Harga telur tersebut naik dibandingkan rata-rata harga telur nasional pada 15 Agustus 2022 yang mencapai Rp 29.950 per kg. Harga telur tersebut tersebut bahkan semat mencetak rekor tertinggi senilai Rp 31.550 per kg pada 30 Agustus 2022.
Kenaikan harga telur ini berdampakn signifikan pada sektor UMKM yang menggunakan bahan baku tersebut. Misalnysa saja produsen kue kering J&C Cookies.
Marketing Communication Manager J&C Cookies, Farhan Basyir, mengatakan kenaikan harga telur yang berkepanjang merugikan perusahaan. Pasalnya, perusahaan yang berdiri sejak 1996 ini tidak bisa serta merta menaikkan harga jual.
“Sebenarnya kalau kenaikan telur berasa banget karena produk kita lebih banyak menggunakan telur. Cuma karena kita ada kebijakan naik harganya satu tahun sekali, jadi kita masih menahan harga untuk tidak naik dan kita merasakan kerugiannya” ujar Farhan kepada Katadata.co.id pada Rabu (14/9).
Selain harga telur, Farhan mengatakan, bahan baku lainnya juga naik seperti margarin, butter, tepung terigu, keju impor dan toples. Kenaikan harga bahan baku tersebut diperkirakan akan terus bertambah saat perayaan natal. Hal itu disebabkan karena adanya kenaikan bahan-bahan produk pembuatan kue dan pembayaran jasa import yang harganya terus naik setiap tahunnya.
Oleh sebab itu, menurut Farhan, J&C kemungkinan akan menaikkan harga jualnya. Namun demikian, kenaikan tersebut tidak akan signifikan.
“Perusahaan kami pasti akan menaikkan harga penjualan, kemungkinan di bawah 10% dan mentok-mentok di pas 10% nya," ujarnya.
Sementara itu pemilik usaha roti dan kue Lezatte, Najah, mengatakan bahwa usahanya juga terdampak pada kenaikan harga telur. Namun demikian, dirinya lebih memilih untuk menekan keuntungan terlebih dahulu daripada langsung menaikkan harga.
“Kalau hanya fokus ke harga telur, harganya dinamis karena sering naik turun. Maka di saat harga telur naik, ada saatnya kita jualan dengan menurunkan keuntungan,” ujar Najah.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika dirinya akan menaikkan harga jual jika harga bahan baku terus menanjak. Apalagi kenaikan harga BBM menyebabkan berbagai bahan baku kue naik seperti margarin, butter, dan coklat hitam.
“Jika terjadi kenaikan pada semua harga bahan baku, maka mau nggak mau, saya harus menaikan harga jual hingga 10-20%. Tapi setiap adanya kenaikan harga pasti akan ada yang saya tambahin untuk kualitas kue dan roti saya” Ujar Najah pada Katadata.co.id (13/9).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Bandung mengonsumsi 3,34 butir telur ayam ras per kapita per minggu, meningkat 15,5% dibanding tahun sebelumnya. Konsumsi telur di Kota Kembang ini merupakan yang tertinggi se-Indonesia.