Harga CPO Dunia Anjlok, Terendah Sepanjang 2022
Harga minyak sawit mentah atau CPO menyentuh titik terendahnya sepanjang 2022 pada kemarin, Rabu (28/9). Penurunan harga CPO tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan Indonesia yang menghapus sementara pungutan ekspor CPO untuk mendongkrak harga tandan buah segar sawit di tingkat petani.
Berdasarkan data Investing.com, CPO di pasar spot Rotterdam hanya dihargai US$ 885 per ton. Pada awal 2022, harga CPO di pasar spot Rotterdam adalah US$ 1.320 per ton, sementara harga tertinggi CPO pada tahun ini mencapai US$ 2.000 per ton pada 10-11 Maret 2022.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa penurunan harga CPO di pasar ekspor disebabkan oleh meningkatnya pasokan minyak nabati dari Ukraina. Pasalnya, jalur logistik minyak bunga matahari dari Ukraina ke Turki telah dibuka belum lama ini.
"Akan tetapi tren penurunan harga CPO dunia telah dimulai setelah menyentuh harga tertingginya pada Maret-Mei 2022," kata Putu kepada Katadata.co.id, Kamis (29/9).
Berdasarkan data Investing.com, tren penurunan harga CPO dimulai sejak Juni 2022. Hal itu senada dengan Indeks harga pangan dunia oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang mencapai rata-rata 138,0 poin pada Agustus 2022, turun 2,7 poin atau 1,9% dari Juli.
Lembaga pangan PBB tersebut juga mencatat bahwa penurunan telah terjadi dalam waktu lima bulan berturut-turut. Namun demikian, penurunan harga tersebut masih 10,1 poin atau 7,9% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
FAO mencatat, penurunan indeks harga pangan dipengaruhi oleh harga minyak nabati yang melemah. Hal itu dipengaruhi oleh dimulainya kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina sehingga pasokan pangan dunia membaik. Selain itu, penurunan harga minyak nabati juga disebabkan karena Indonesia menghapus pungutan ekspor CPO hingga akhir 2022.
Indonesia gencar ekspor CPO
Putu mengatakan, penyerapan TBS menjadi prioritas dengan melonggarkan biaya ekspor CPO, seperti bea keluar dan pungutan ekspor. Dengan demikian, serapan TBS akan meningkat dan harga akan membaik lantaran kebutuhan produksi CPO meningkat akibat kemudahan ekspor CPO.
"Yang pertama sekali harus kita jaga adalah harga TBS sesuai dengan biaya produksinya. Itu dulu yang kita jaga," kata Putu kepada Katadata.co.id, Kamis (29/9).
Putu menambahkan tugas utama Kemenperin saat ini adalah normalisasi produksi CPO dan turunannya. Pasalnya, produksi CPO sempat terdistrupsi akibat larangan ekspor yang dilakukan pemerintah pada April-Mei 2022.
Sebagai informasi, lebih dari 60% hasil produksi CPO dan turunannya di dalam negeri diserap oleh pasar ekspor. Pelarangan ekspor tersebut membuat sebagian besar produksi pabrikan CPO dan turunannya mengurangi produksi atau menghentikan produksi sama sekali.
Namun demikian, Putu menilai proses produksi CPO saat ini berangsur membaik karena pelonggaran kebijakan pungutan ekspor oleh pemerintah.