Pemerintah Soroti Tiga Komoditas Pangan yang Impornya Masih Besar
Pemerintah menyatakan kondisi pangan Indonesia masih relatif aman di tengah krisis pangan. Meski demikian, ada beberapa komoditas yang menjadi sorotan karena hanya mampu dipenuhi dari impor.
Deputi Ketersediaan dan Stabilitasi Pangan Badan Pangan Nasional (BPN) I Gusti Ketut Astawa mengatakan, beberapa bahan pangan harus mampu digenjot produksinya oleh petani. Tak hanya itu, pemerintah juga akan memikirkan langkah substitusi demi mengurangi ketergantungan dari luar negeri.
"Kita harus bisa memberikan kekuatan kepada petani," kata Ketut dalam acara dialog mengenai krisis pangan pada Sabtu (1/10).
Lalu apa saja tiga bahan pangan yang menjadi sorotan:
Kedelai
Ketut mengatakan kedelai masih menjadi bahan pangan yang mayoritas dipenuhi dari impor. Ia menjelaskan, produksi lokal baru dapat memenuhi 20% pasokan.
Hal ini menjadi perhatian pemerintah karena kedelai merupakan bahan pangan yang penting untuk tempe dan tahu. "Makanya kita harus memperkuat gairah petani untuk menanam," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor kedelai Indonesia sepanjang periode Januari-Juni 2022 mencapai 1,42 juta ton dengan nilai US$959,09 juta.
Gandum
Bahan dasar dari tepung terigu ini juga masih dipenuhi dari impor. Oleh sebab itu pemerintah akan menggandeng swasta untuk mencari alternatif lain.
Ketut mengatakan, sejumlah perusahaan sudah mulai mencari substitusi bahan dasar mie inestan. Adapun, Presiden Joko Widodo sebelumnya meminta sorgum menjadi alternatif gandum.
"Saat mereka (negara produsen gandum) setop ekspor, ini jadi masalah. Maka kami ajak produsen (cari alternatif)," kata Ketut.
Dari data BPS, impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4,36 juta ton dengan nilai US$1,65 miliar sepanjang Januari-Mei 2022. Terbesar berasal dari Australia dengan nilai US$ 585,6 juta.
Bawang Putih
Sama seperti kedelai, Ketut mengatakan 80% pasokan bawang putih Indonesia masih impor. Ia mengatakan hal yang penting adalah memastikan petani mendapatkan insentif agar mau menanam tanaman hortikultura ini.
Ini lantaran BPN sudah mempelajari bahwa tanah di Indonesia cocok untuk ditanami bawang putih. Salah satu lokasi yang potensial adalah Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Perlu insentif agar petani mau produksi dan ada kepastian diserap," katanya. Sedangkan sepanjang 2021, produksi bawang putih nasional hanya mencapai 45,09 ribu ton, turun 44,88% dari 81,8 ribu ton pada 2020.
Adapun komoditas lain seperti beras, ayam, telur, jagung, hingga minyak goreng masih dalam posisi surplus. Ketut mengatakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) saat ini mencapai 800 ribu ton, namun harus terus ditingkatkan.
"Rapat koordinasi terbatas telah menetapkan kenaikan hingga mencapai 1,2 juta ton," katanya.