Puluhan Ribu Pekerja Kena PHK, Kadin Harap BI Tidak Naikkan Bunga Lagi
Puluhan ribu pekerja manufaktur yang berorientasi ekspor terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK akhir tahun ini. Kamar Dagang Industri berharap agar Bank Indonesia tidak kembali menaikkan suku bunga acuannya untuk meringankan beban industri di tengah ekonomi global saat ini.
"Kadin berharap BI rate tidak akan mengalami kenaikan lagi, karena akan mempersulit kondisi pengusaha kecil untuk mengembangkan usahanya jika suku bunga mengalami kenaikan secara terus-menerus," kata Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid kepada Katadata akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, pengusaha kecil ini berperan penting dalam memperkuat rantai pasok domestik. "Sehingga perekonomian nasional lebih resiliance dari global economic shock," kata dia.
Selain itu, Arsjad berharap agar Kadin merealisasikan belanja anggaran Pemerintah dan Belanja Daerah atau Anggaran Pemerintan Belanja Nasional sebanyak Rp 400 triliun untuk produk domestik. Dengan demikian, volatilitas uang dalam negeri tetap terjaga.
Arsjad juga berharap agar pemerintah merealisasikan program substitusi impor sebanyak 35% guna memacu kontribusi industri dalam negeri. Kontribusi tersebut baik dari sektor hulu untuk bahan baku dan bahan penolong hingga produk-produk jadi yang langsung dikonsumsi masyarakat.
Dia mengatakan, pemerintah juga diminta untuk terus memberikan kemudahan pemberian kredit usaha rakyat (KUR) terutama untuk UMKM. Hal itu guna menciptakan industri baru yang bisa menggantikan produk-produk impor.
Puluhan ribu pekerja kena PHK
Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menyatakan sudah ada puluhan hingga ratusan ribu karyawan manufaktur yang terkena pemutusan hubungan kerja tahun ini. Pemutusan hubungan kerja atau PHK terjadi pada sektor padat karya yang berorientasi pada ekspor, khususnya Amerika Serikat dan Eropa.
Ketua Ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial Apindo, Anton J. Supit, mengatakan bahwa pemutusan hubungan kerja disebabkan oleh permintaan ekspor yang menurun. Tiga industri yang secara terbuka menyatakan sudah terdampak yaitu industri garmen, tekstil, dan sepatu.
"Ini tidak bicara pasar dalam negeri. Namun industri garmen dan sepatu mengalami masalah karena order ekspor menurun,"ujar Anton kepada Katadata.co.id, Kamis (27/10).
Dia mengatakan, permintaan ekspor industri alas kaki atau sepatu menurun hingga 50%. Sementara permintaan ekspor industri garmen turun hingga 30%. "Situasi seperti ini diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir 2023. Kita betul-betul kalau tidak ada order akan sagat berat mempertahankan pekerja,"ujarnya.
Ancaman resesi ekonomi global semakin menguat seiring tingginya laju inflasi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS).
Adapun menurut hasil survei ekonom Bloomberg, negara di kawasan Asia Pasifik yang paling berisiko mengalami resesi adalah Sri Lanka, dengan peluang 85%. Diikuti Selandia Baru dengan peluang resesi 33%.
Sedangkan Indonesia dinilai memiliki peluang resesi yang kecil, yakni hanya 3%. Berikut indikator ekonomi Indonesia.