Ekspor RI Diprediksi Tetap Tumbuh pada 2023, Ini Sektor Paling Moncer
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia atau GPEI optimistis bahwa ekspor Indonesia pada 2023 akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun ini. Pertumbuhan ekspor tersebut akan tetap terjadi meskipun ada ancaman resesi global pada 2023.
"Permintaan-permintaan ekspor itu masih cukup besar, jadi tidak ada kata pesimis, kita optimis ekspor kita di 2023 kebih baik dari pada 2022," ujar Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Khairul Mahali di Hotel Raffles, Jakarta, pada Rabu (9/11).
Khairul mengatakan, ekonomi Indonesia cukup baik dilihat dari Trade Expo Indonesia ke-37 2022, yang berhasil meraup hasil transaksi sebesar US$ 2,94 Miliar.
Sementara itu Vice President Head of Insurance at Indonesia Eximbank, Marsinta Mutiara Gultom, mengatakan terdapat beberapa sektor industri manufaktur yang masih dalam kondisi penyembuhan setelah masa pandemi Covid-19. Sektor tersebut adalah tekstil dan garmen.
"Benar sekali ada yg bilang tekstil dan garmen sembuhnya masih lama, tapi bukan berarti jelek. Artinya dari sisi eksporting kita harus hati-hati dan bagaimana kita pinter dalam mencari buyersnya," ujar Marsinta.
Namun demikian, Marsinta menuturkan, terdapat beberapa sektor yang tumbuh dan tidak terpengaruhi resesi 202. Misalnya saja industri makanan dan minuman.
"Jadi sektor makan tidak berpengeruh pada resesi ekonomi 2023. Tapi harus tetap hati-hati juga, pintar-pintar kita mencari buyers. Buyers tersebut harua punya track record yang baik dan melihat market mana yang bisa bergerak maju," ujarnya.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia periode Januari-September 2022 mencapai US$219,35 miliar. Angka ini meningkat 33,49% dibanding Januari-September tahun lalu.
Adapun turunnya nilai ekspor secara bulanan dipengaruhi melemahnya permintaan global serta terkoreksinya beberapa harga komoditas andalan Indonesia. Rinciannya, nilai ekspor non migas turun 10,31% menjadi US$ 23,47 miliar dibandingkan bulan lalu. Sementara nilai ekspor migas turun 21,41% (mom) menjadi US$1,32 miliar.
Pada September 2022 nilai impor Indonesia juga turun secara bulanan 10,58% menjadi US$ 19,81 miliar. Rinciannya, impor migas turun 7,44% menjadi US$3,43 miliar, sementara impor nonmigas menyusut 11,21% (mom) menjadi US$16,38 miliar.
Kendati demikian, jika dilihat secara tahunan impor Indonesia pada September 2022 masih tumbuh 22,01% dibanding September 2021.