Nelayan Tak Bisa Melaut karena Cuaca Buruk, Jual Barang untuk Makan
Cuaca buruk yang terjadi pada akhir-akhir ini berdampak terhadap penghasilan para nelayan kecil atau tradisional. Dengan kondisi cuaca tersebut menyebabkan para nelayan itu tidak bisa menangkap ikan di lautan akibat gelombang tinggi yang berisiko bagi keselamatan pelayaran.
Sekretaris Jenderal Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia atau KNTI Ling Rohimin mengatakan bahwa cuaca buruk tersebut sangat memberikan dampak yang signifikan kepada para nelayan kecil atau tradisional. Pasalnya mereka tidak bisa melaut sehingga pendapatan sangat menurun, bahkan tidak berpenghasilan sama sekali.
“Nelayan kita lagi terpuruk ya, cuaca ekstrem sangat berdampak tentunya karena mereka tidak bisa melaut itu masalahnya, sehingga pendapatan mereka tidak ada sama sekali, benar-benar Rp 0, makanya kalau kondisi seperti ini apa saja kita jual,” ujar Ling kepada Katadata.co.id, Jakarta, Kamis (29/12).
Ling mengatakan, dalam kondisi cuaca yang normal sekalipun para nelayan dalam satu bulan itu hanya memiliki efektivitas selama 20 hari saja. Lantaran, waktu 10 hari mereka digunakan untuk memperbaiki alat angkat pancing dan perahu.
“Jadi kalau selama efektivitasnya hanya 20 hari dan ada cuaca ekstrim bisa dipastikan agak mengganggu ya untuk keluarga nelayan,” ujar Ling.
Harapkan BLT
Selain itu, Ling mengatakan kondisi buruk ini juga berdampak terhadap ikan yang semakin sulit untuk ditangkap. Sehingga para nelayan kecil atau tradisional mengalami penurunan sebesar 50-60%,
“Sekarang sedang menurun, bahkan ikan sekarang sedang sulit karena cuaca buruk ini kan. Jadi kita hampir 50-60 persen turunnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, bahwa dalam kondisi cuaca buruk seperti ini pemerintah seyogyanya bisa memperhatikan nasib para nelayan kecil dan tradisional. Dia berharap pemerintah dapat memberikan bantuan asuransi, bantuan langsung tunai atau BLT sehingga nasib nelayan bisa terjamin dalam keadaan seperti saat ini.
“Dalam kondisi seperti inilah sudah berkali kali mengusulkan kepada pemerintah dengan sistem apapun, bagaimana memperhatikan nasib nelayan ketika menghadapi cuaca buruk seperti ini entah itu asuransi, ada bantuan blt untuk menanggulangi saat keadaan paceklik seperti ini. Kalau begini semua nelayan tidak bisa melaut,” tegas Ling.
Pendapatan Anjlok
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Nelayan Sumatera Utara Sutrisno mengatakan hal yang sama bahwa kondisi cuaca buruk saat ini sangat berdampak bagi para nelayan. Selain itu, ia mengungkapkan hampir semua nelayan di berbagai Indonesia tidak bisa melaut.
“Sangat berdampak Mbak, kami masih melakukan pendataan dan masih berlanjut, dan hampir nelayan di berbagai indonesia itu tidak bisa melaut. Dan sekarang mudah-mudahan data nya sudah segera masuk,” ujar Sutrisno kepada Katadata.co.id, Jakarta, pada Kamis (29/12).
Sutrisno mengatakan, dalam kondisi seperti ini nelayan tidak berpenghasilan sama sekali, dalam kondisi normal pun para nelayan kecil atau tradisional hanya bisa mendapatkan keuntungan kurang lebih sebesar Rp 200.000-Rp 4.00.000 per 10-20 kilogram ikan.
“Berarti ada penurunan hampir 60 persen, kalau untuk nelayan kecil karena harian. Untuk pendapatan nelayan dalam kondisi normalnya untuk ukuran 10 sampai 20 kilogram ikan, kalau per kilo seharga Rp 20.000 berarti mendapatkan keuntungan Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu, Kalau kondisi sekarang ya Rp 0, karena tidak bisa berangkat berlayar,” ujarnya
Dia berharap, jika kondisi cuaca buruk terus terjadi pemerintah semestinya memberikan bantuan atau solusi untuk para petani. Pasalnya, sudah beberapa hari ini nelayan kecil atau tradisional tidak memiliki pemasukan sepeserpun, “Sekarang kita buat makan saja susah,” ujarnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, jumlah nelayan Indonesia menunjukkan tren yang semakin menurun sejak 2017. Ketika itu, jumlah nelayan Indonesia sempat mengalami kenaikan 1% dari 2,64 juta menjadi 2,67 juta.
Jumlah nelayan di Indonesia kemudian menurun 1,1% menjadi 2,64 juta pada 2018. Angkanya pun kembali menurun 9,5% menjadi 2,39 juta pada 2019. Nelayan tersebut mencakup nelayan laut, nelayan perairan umum darat, dan pembudidaya.