Plaza Semanggi Redup, Setelah Mal Sepi Terbitlah Surat PHK
Sebagian besar toko atau vendor di Plaza Semanggi tutup karena mal sepi pengunjung sejak pandemi. Toko yang bertahan pun terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK akibat pengurangan omzet.
Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, sebagian besar toko di Plaza Semanggi sudah tutup dan tidak memasang papan merek. Itu artinya, toko tersebut sudah tutup permanen.
Dari seluruh gedung, lantai dasar merupakan yang paling ramai karena ditempati oleh beberapa restoran cepat saji. Beberapa pengunjung masih nampak di restoran tersebut, namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Sementara toko lantai lainnya sebagian besar sudah tutup. Sebagian lampu di lorong toko bahkan sudah dimatikan.
Banyaknya toko yang ditutup dan toko yang sepi berdampak pada PH karyawan. Salah satu Karyawan The Bra House, Feryal Khalisha, mengatakan sebelumnya ada empat karyawan yang menjaga toko tersebut. Saat ini, hanya dia yang bekerja menjaga toko.
“Awal sebelum pandemi itu tokonya selalu ramai, dulu yang kerja disini ada empat orang, pas pandemi akhirnya PHK tiga orang, dan sekarang tinggal saya aja yang kerja disini,” ujarnya kepada Katadata.co.id saat ditemui di Mal Plaza Semanggi, Jakarta, Selasa (10/1)
Omzet Turun
Feryal mengatakan bahwa pemiliki toko melakukan PHK pada tiga karyawan lainnya untuk mengurangi beban pengeluaran. Pasalnya, toko tersebut mengalami penurunan omzet yang sangat signifikan sejak pandemi.
Sebelum pandemi Covid-19, The Bra House bisa menghasilkan omzet mencapai Rp 100 hingga Rp 200 juta setiap bulannya. Namun, akibat sepi pengunjung, omzet anjlok menjadi Rp 50 juta setiap bulannya.
“Kita waktu itu benar-benar anjlok kak, yang biasanya omzetnya bisa ratusan juta perbulannya sekarang cuma Rp 50 juta malah kadang cuma Rp 30 juta,” ujarnya.
Selain itu, dia menuturkan bahwa mal tersebut sepi pengunjung juga diakibatkan karena akan dilakukan renovasi atau pembangunan ulang. Namun sayangnya, pihak management mal tersebut belum memproses hal itu hingga saat ini, padahal informasi terkait hal itu telah disampaikan sejak setahun yang lalu.
Salah satu karyawan toko jaket, Winter Mode, Pipin Nur Kholifah mengatakan bahwa dulu Plaza Semanggi sangat ramai. Namun demikian, mal langsung sepi sejak pandemi Covid-19.
"Kita waktu pandemi turun drastis ya, biasanya dulu bisa dapet omzet Rp 4 juta dalam sehari, sekarang paling banyak paling Rp 1 Juta dalam sehari," ujarnya.
Pipin mengatakan, kondisi mal yang sepi tidak berubah meskipun saat ini pemerintah mencabut kebijakan PPKM.
Pedagang Sepatu Bazar Sneakers, Dirga Bintang mengatakan hal yang sama. Dia mengatakan, pengunjung masih tetap sepi meski PPKM diabut.
"Masih sepi sih, belum ada kenaikan yang signifikan. Paling kalau hari Minggu setelah orang-orang pergi ibadah ke Gereja itu ramai toko kita, tapi kalau hari biasa gini paling cuma 2 atau 3," ujar Bintang.
Menurut data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), terdapat 96 mal yang beroperasi di ibu kota hingga 24 November 2022.
Jakarta Selatan tercatat memiliki jumlah mal paling banyak di ibu kota. Jumlahnya mencapai 28 unit.
Berikutnya, Jakarta Pusat tercatat memiliki 22 unit mal di wilayahnya. Kemudian, Jakarta Utara dan Jakarta Barat masing-masing memiliki 18 unit mal dan 16 unit mal. Sementara, jumlah mal paling sedikit di ibu kota yakni di Jakarta Timur sebanyak 12 unit.