Industri Mamin Diprediksi Tetap Tumbuh Meski Inflasi di Atas 5%
Industri makanan dan minuman (mamin) diprediksi tetap tumbuh positif pada tahun ini meski angka inflasi sudah di atas 5%. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman GAPMMI Adhi Lukman meyakini bahwa potensi pertumbuhan industri mamin dapat tumbuh karena banyaknya permintaan-permintaan dari tujuan negara ekspor.
Adhi mengatakan penyebab lain yang membuat industri ini meningkat adalah tingginya permintaan dari dalam negeri. Serta didukung dengan nilai investasi yang turut meningkat cukup tinggi sejak akhir 2022 hingga saat ini.
“Namun industri makanan dan minuman juga memiliki sejumlah tantangan. Yakni pertama geopolitik yang kita tidak tahu perang ini kapan akan selesai dan apakah di 2023 akan ada perang yang bisa mempengaruhi pangan dan lain sebagainya. Serta tantangan lainnya adalah cuaca buruk yang dapat berdampak terhadap hasil produksi tanaman pangan,” ujar Adhi kepada Katadata.co.id, Jakarta, Selasa (31/1).
Adhi mengatakan, tantangan yang paling berdampak terhadap pertumbuhan industri mamin yakni adanya cuaca buruk dan perubahan suhu. Sebab jika hal tersebut terjadi maka akan berpengaruh kepada tanaman pangan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kemudian akan berdampak terhadap meningkatnya harga bahan baku pangan dan logistik.
“Sementara memang di industri makanan dan minuman lebih lebih banyak menaikkan harga bahan baku dan logistik daripada menaikan harga jual makanan dan minuman. Kalaupun ada kenaikan, tidak akan naik terlalu besar karena kita selalu menyesuaikan kepada masyarakat, apalagi ini masih dalam proses pemulihan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia menegaskan bahwa dengan adanya kenaikan inflasi yang sudah berada di atas 5%, masyarakat tidak perlu khawatir dengan harga makanan dan minuman. Sebab industri tersebut tidak berani untuk menaikkan harga secara signifikan.
“Kita lihat kenaikan harga untuk makanan dan minuman tidak tinggi tetapi kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, energi dan logistik ini harganya cukup tinggi. Dan tantangannya adalah margin kita makin kecil,” kata dia.
Berdasarkan data Kementerian Investasi, penanaman modal asing atau PMA pada industri mamin pada semester I-2022 menyusut 20% secara tahunan menjadi US$ 1,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,5 miliar.
Adapun total PMA pada industri mamin pada tahun lalu adalah US$ 2,3 miliar. Namun, nilai penanaman modal dalam negeri atau PMDN di industri mamin pada semester I-2022 tumbuh menjadi Rp 24 triliun. Angka tersebut mendekati realisasi PMDN pada 2021 senilai Rp 26,5 triliun.