40% Penerbangan Susi Air di Papua Terhenti Setelah Pilot Disandera
Sebanyak 40% penerbangan Susi Air di Papua terhenti sejak peristiwa pembakaran pesawat dan Penyanderaan Pilot Capt. Phillip Mark Mehrtens oleh kelompok yang mengaku sebagai Organisasi Papua Merdeka atau OPM. Manajemen Susi Air mengajukan permohonan maaf pada masyarakat Papua akibat operasional yang terganggu tersebut.
Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti, mengakui bahwa Susi Air rugi secara finansial akibat kejadian tersebut. Namun dia juga menyoroti akses warga Papua yang terputus karena banyak penerbangan perintis yang berhenti beroperasi.
"Susi air saat ini memang merugi secara finansial, tapi yang lebih rugi adalah masyarakat Papua sehingga tidak bisa mengakses dari satu tempat ke tempat lainnya," ujar Susi saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (3/1).
Selain itu, sebanyak 70% operasional penerbangan porter atau logistik juga menjadi terhenti. Hal ini berdampak pada terganggunya distribusi kebutuhan pokok pasokan logistik di wilayah Papua.
Susi mengatakan, mobilisasi dan distribusi bahan pokok masyarakat Papua yang tinggal di pegunungan harus dibantu melalui pesawat domestik perintis seperti yang dimiliki oleh Susi Air.
"Kalau ada yang sakit jadi tidak bisa berobat, makanan juga semakin berkurang. Sebanyak 70% dari penerbangan flight kurang lebih 20-25 flight, porter bisa mengangkut 7 orang, barang 900 kilogram itu hitungan realnya," ujarnya.
Susi berharap keamanan penerbangan ke daerah perintis akan diperketat ke depannya. Sejumlah pilot Susi Air merasa trauma atas adanya insiden tersebut sehingga membuat beberapa penerbangan menjadi terhenti sementara.
Tak hanya itu, Susi juga mengatakan bahwa Pemerintah Pusat, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, Dewan Gereja, Tokoh Adat terus berupaya melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan Pilot yang tengah disandera.
"Atas upaya yang terus dilakukan tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan sangat berharap upaya tersebut mendapatkan hasil yang positif untuk keselamatan dan kebebasan Capt Phillip Mark Mehrtens," ujarnya.
Maskapai perintis adalah penyedia jasa transportasi udara yang menjangkau daerah tertinggal, terpencil, dan terluar.
Saat ini Indonesia memiliki lima maskapai perintis, yakni Susi Air, Mimika Air, SAM Air, Reven Global Airtranspor, dan Dimonim Air.
Susi Air memiliki jumlah armada terbesar, yakni 21 armada, sehingga ia juga menjadi maskapai dengan kontrak penerbangan perintis terbanyak.